Kamis 14 Jul 2016 07:02 WIB

Mengokohkan Mazhab Syafi’i di Indonesia

Red: M Akbar
 Dalam Islam dikenal empat mazhab, yakni Hanafi, Maliki, Syafi'i dan Hanbali.
Foto:

Ketiga: Pentingnya  gerakan pemurnian mazhab Syafi’i di tengah masyarakat kita.

Salah satu hal yang menarik dari mazhab Syafi’i adalah kekuatan dasar-dasar mazhab ini secara umum, baik dari sisi pendalilan naqliy maupun aqliy. Begitupula dalam disiplin lainnya, bahkan dalam  bidang kebahasaan (linguistic) mazhab ini juga menjadi yang terdepan. Hal ini disebabkan ketokohan ulama syafi’iyyah dalam hampir seluruh disiplin ilmu syar’iy.

Tetapi yang terjadi di tengah masyarakat kita adalah besarnya pengaruh taklid dalam pengamalan agama mereka. Hal ini diperparah dengan banyaknya penisbatan amalan-amalan tersebut kepada mazhab Syafi’i. Hal ini tentunya menjadi tantangan dan ujian tersendiri yang harus dijawab tuntas oleh para dai. Sejauhmana tingkat kevalidan penisbatan tersebut.

Apakah amalan tersebut merupakan mazhab yang diakui dan disepakati dalam mazhab atau hanya sekedar pendapat beberapa ulama yang tidak dapat mewakili mazhab. Atau ia adalah hal yang dipeselisihkan diantara ulama Syafi’iyyah sebagaimana dalam mazhab yang lain. Dari sisi ini, gerakan pemurnian mazhab (Ta’shil al-Mazhab), perlu untuk digalakkan dan dihidupkan dalam rangka untuk mengembangkan mazhab syafi’I dari sumber dan pemahaman yang benar.

Hal yang mungkin sering menjadi pertanyaan adalah keterikatan sebagian ulama mazhab ini dengan aqidah Asy’ariyah. Jawaban dari pertanyaan ini dapat kita ringkas dalam beberapa poin berikut ini :

1.    Tidak dapat dipungkiri bahwa pemahaman Asy’ariyah memiliki prosentasi kebenaran yang sangat banyak dan kedekatan mereka dengan sunnah dan atsar.

2.    Pengaruh aqidah Asy’ariyah tidak terbatas pada ulama Syafi’iyyah saja. Pegaruhnya juga menyebar ke mazhab dan ulama-ulama yang lain. Seperti ulama Malikiyah.

3.    Andil ulama Asyairah dalam mematahkan pengaruh Syiah dan Muktazilah yang berkembang pada masa tersebut, turut menjadi salah satu daya tarik tersendiri bagi para ulama untuk mempelajari mazhab ini.

4.    Berkembangnya mazhab ini di pusat pemerintahan kaum muslimin di Baghdad yang juga merupakan pusat keilmuan di masa khilafah Abbasiyah, di mana para penuntut ilmu berlomba-lomba untuk menjejakkan kakinya di tanah Baghdad. Dan ketika mereka kembali ke tempat asalnya mereka juga membawa pengaruh mazhab ini.

5.    Dukungan dari penguasa kaum muslimin pada masanya, sehingga meyebabkan mazhab ini menjadi mayoritas di masa tersebut, bahkan hampir-hampir dikatakan bahwa ahlusunnah itu adalah Asy’ariyah sebagaimana yang difahami sebagian tokoh dan masyarakat kita.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement