REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Harvick Hasnul Qolbi, Wakil Menteri Pertanian RI
Dalam waktu dekat, ormas Islam terbesar yakni Nahdlatul Ulama (NU) akan menggelar muktamar. Sebagaimana galib-nya organisasi kemasyaraktan, seperti halnya Muhammadiyah, Persis, dan Al Washliyah, Muktamar adalah sebuah perhelatan akbar berskala nasional yang agendanya adalah memilih pemimpin kharismatik (Rois 'Aam) dan pemimpin eksekutif (Ketua Umum Tanfidziyah) untuk organisasi/jam'iyah ini.
Secara kuantitas, NU adalah ormas Islam terbesar di dunia dengan mayoritas anggota dan kader dari masyarakat akar rumput, yang disebut dengan istilah "nahdliyyin". Latar belakangnya tentu saja beragam, dari mulai pedagang, guru, pegawai negeri, politisi, nelayan, hingga kaum tani. Khusus untuk yang terakhir yakni kaum tani, barangkali ini adalah potret dominan warga NU di masyarakat.
Karena itu antara NU dan petani punya relasi yang sangat kuat. Hadratus Syaikh Kiai Haji Hasyim Asy'ary pernah menulis sebuah artikel pada majalah Soeara Moslimin Indonesia dengan judul "Keoetamaan Bertjotjok Tanam dan Bertani", lalu dijabarkan di bawahnya dengan tulisan "Andjoeran Memperbanyak Hasil Boemi dan Menjoeboerkan Tanah, Andjuran Mengoesahakan Tanah dan Menegakkan Keadilan".
Hadratus Syaikh menjelaskan petani adalah benteng terakhir bagi pertahanan negeri. "Bapak Tani adalah Goedang Kekajaan, dan dari padanja itoelah Negeri mengeloearkan belandja bagi sekalian keperluan. Pa' Tani itoelah penolong negeri. Pa' Tani itu djoega menjadi sendi tempat negeri disandarkan", tulis beliau almaghfurlah.
Hal tersebut di atas menjadi legitimasi sejarah dan ilmiah, bahwa antara NU dan pertanian adalah dua hal yang tak bisa dipisahkan. Hadratus Syaikh yang tersohor dengan adagium "Hubbul Wathon minal iman", cinta tanah air adalah sebagian dari iman, maka salah satu cara untuk mewujudkan kecintaan pada negeri adalah dengan memberikan atensi besar pada petani dan juga sektor pertanian. Sebab, tidak akan bisa terwujud National Resilince (Ketahanan Nasional), jika tidak ditopang dengan Food Resilience (Ketahanan Pangan). Dan Ketahanan Pangan, adalah pintu menuju terwujudnya Kedaulatan Pangan (Food Sovereignty).