Selasa 18 Nov 2025 12:51 WIB
HUT ke-113 Tahun Muhammadiyah

Agar Sinar Muhammadiyah Terus Mencerahkan Bangsa

Muhammadiyah membangun jaringan pendidikan yang masif.

Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof Haedar Nashir dan jajaran redaksi Republika dalam pertemuan yang berlangsung hangat di Gedung PP Muhammadiyah, Jakarta, Selasa (4/11/2025).
Foto: Muhyiddin/Republika
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof Haedar Nashir dan jajaran redaksi Republika dalam pertemuan yang berlangsung hangat di Gedung PP Muhammadiyah, Jakarta, Selasa (4/11/2025).

Oleh : Erdy Nasrul, Wartawan Republika

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di sebuah sudut Kauman, Yogyakarta, pada awal abad ke-20, seorang bernama Muhammad Darwis, yang kemudian lebih dikenal sebagai KH Ahmad Dahlan, tidak hanya mewariskan sebuah organisasi, tetapi sebuah obor penyadaran.

Seperti seorang tukang kebun yang sabar, Kiai Dahlan tidak hanya mengagumi benih, tetapi menyiram, memupuk, dan meniteninya hingga menjadi pohon yang kokoh. Murid Kiai Sholeh Darat itu mengajarkan etika yang teraktualisasi dalam tindakan nyata, menekankan pentingnya membersihkan hati sekaligus mempertajam nalar.

Baca Juga

Visi sederhana namun futuristiknya, yang tertuang dalam statuten 1912 untuk "memajukan" agama, menjadi benih dari filosofi Islam Berkemajuan, sebuah paradigma pemahaman dan praktik keagamaan yang menekankan relevansi ajaran Islam dengan konteks zaman modern. "Islam Berkemajuan menunjukkan cara berpikir, jiwa, orientasi, sikap, tindakan, dan hasil karya yang lebih baik dalam segala hal, termasuk nilai dan budaya," kata Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir di berbagai kesempatan.

Ini bukan sekadar Islam yang modern secara tampilan, tetapi Islam yang secara substansi adaptif, rasional, inklusif, dan berorientasi pada solusi atas persoalan kontemporer, menolak kemunduran dan keterbelakangan, serta berkomitmen kuat pada nilai-nilai kemanusiaan universal, keadilan sosial, dan pembangunan peradaban bangsa yang maju.

Hal itu kemudian termanifestasi dalam mewujudkan akhlak mulia dalam keseharian yang menjadi cetak biru pertama untuk penguatan Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia. Dari obor kecil di Kauman inilah, cahaya itu mulai berpendar, tumbuh menjadi gerakan Islam modern terbesar dengan visi holistik yang mentransformasi masyarakat melalui sejumlah pilar:

Pilar Pendidikan: Mencetak SDM Unggul dan Berkarakter

Mewarisi semangat pendirinya, Muhammadiyah membangun jaringan pendidikan yang masif. Lebih dari sekadar menggabungkan kurikulum agama dan umum, Muhammadiyah merintis pendekatan holistik-integrative. Melalui kurikulum ISMUBA (Al-Islam, Kemuhammadiyahan, dan Bahasa Arab), Muhammadiyah bertujuan membentuk kepribadian siswa secara utuh, mengintegrasikan iman, ilmu, dan akhlak.

Hingga kini, komitmen ini terwujud dalam ribuan sekolah dan perguruan tinggi yang tersebar di seluruh pelosok Indonesia. Sekolah dan kampus-kampus ini tidak hanya menjadi tempat transfer ilmu, tetapi juga pusat pembentukan karakter yang moderat dan toleran, yang banyak diminati oleh non-Muslim.

Di level perguruan tinggi, jaringan PTM (Perguruan Tinggi Muhammadiyah) seperti Universitas Muhammadiyah Malang dan Yogyakarta, telah menjadi pusat keunggulan akademik yang diakui, menghasilkan puluhan ribu lulusan yang siap berkontribusi bagi bangsa.

Pilar Ekonomi dan Kesehatan: Kemandirian dan Kesejahteraan Nyata

Pilar kedua adalah komitmen pada kesejahteraan masyarakat. Muhammadiyah memahami bahwa kesejahteraan memerlukan ikhtiar nyata. Jaringan amal usahanya yang beragam, dari ratusan rumah sakit dan klinik hingga lembaga keuangan, menjadi tulang punggung gerakan ini.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement