Oleh: Muhammad Subarkah, Jurnalis Republika
Sejarah Indonesia masih berbau kolonial? Pertanyaan ini sering muncul. Dan ini memang benar adanya. Bahkan menurut sejarawan asal Inggris, Peter Carey, yang kini menjadi dosen Universitas Indonesia semua penulis sejarah Indonesia itu kebanyakan bukan dari bangsa sendiri.’’Sejarah Indonesia masih ditulis orang asing.”
Sejarawan Universitas Indonesia, Didik Pradjoko pun berkata senada. Bahkan dia mengatakan sejarah Indonesia, khususnya Jawa, menjadi terang benderang berkat jasa orang Belanda yang meneliti sejarah seperti DR HJ De Graaf dan DR TG.G.TH. Pigeud.’’Berkat dialah sejarah Jawa menjadi semakin jelas dan membedah kisah sejarah Jawa yang penuh mitos.’’
Untuk masa kini salah satu karya De Graaf bisa dinikmati kembali, yakni buku mengenai awal mula penyebaran Islam di Jawa. Buku tersebut adalah ‘Kerajaan Islam Pertama di Jawa’ yang diterbitkan Mata Bangsa bersama KITLV - Jakarta. Buku ini cukup tebal mencapai 473 halaman.
Buku Kerajaan Islam Pertama di Jawa, Karya DR DJ HJ De Graaf dan DR TH G TH Pegeaud, penerbit Mata Bangsa tahun 2019.
Lalu apa jasa De Graaf yang pada 1935 menulis disertasi di Universitas Leiden tentang pembunuhan Kapten Tack di Mataram 1686? Jawabnya adalah sebelum disertasi ini, para sejarawan Eropa tidak memandang penting sumber-sumber Jawa khususnya masa Islam lantaran dianggap berisi khalayan dan rekaan semata. Oleh De Graf antara fakta mitologis, rekaan politis, hingga fakta historis dipisah-pisahkan. Jelas ini perlu kecermatan luar biasa.
Karya-karya De Graaf dan Pigeaud ini mendapat apresiasi tinggi bagi mendiang sejarawan Soemarsaid Moertono. Karangan De Graaf tentang sejaran Jawa yang mencapi 100 ditambah berupa buku lebih dari dua puluh buah mengenai para pelaku utama sejarah kerajaan dari Jawa Tengah, seperti Sultan Agung, Sunan Mangkurat, tentang Kajoran.
‘’Sedangkan karang Pigeaud sangat besar artinya bagi perkembangan ilmiah terhadap masyarakat Jawa, terutama bidang kebudayaan,’’ kata Soemarsono dalam kata pengantarnya.
Khusus buku ini, Soemarsono mengatakan buku ‘Kerajaan Islam Pertama di Jawa’ ini berusaha menyajikan suatu usaha mengisi kekosongan penulisan tentang sejarah politik di Jawa pada abad XV dan XVI yang dianggap sebagai masa transisi dari kerajaan Majapahit yang Budha ke Kerajaan Mataram yang Islam.
Maka dalam buku berkembang berbagai cerita tentang masa awal seluk beluk penyebaran agama Islam di Jawa setelah runtuhnya Majapahit. Bagaimana kelahiran hingga mundurnya kerajaan Demak, sampai mucnculnya kerajaan Islam yang lebih kecil di Pantai Utara Jawa, misalnya Kudus, Jepara, Cirebon, Banten, Jipang, Tuban, Gresik, Madura, Pasuruan, Ponorogo., Palembang, Blambangan, hingga pedalaman Jawa Tengah seperti Pengging dan Pajang.
Dalam buku ini cerita tentang wali sebagai mitos dan fakta sejarah dikuak. Misalnya kisah tentang Sunan Giri yang tidak hanya sebagai pemimpin agama tapi juga sebagai pemimpn politik. Peran ini sesuai dengan catatnan pengelama Portugis, Tom Pires, yang menyebut Sunan Giri layaknya peran seorang Paus di kerajaan Eropa di mana seua raja di sana selalu meminta restu darinya.
Banyak hal cerita lain yang menarik dari buku ini. Silahkan anda membacanya sendiri karena buku ini cukup tebal. Tapi percayalah buku ini sangat berharga untuk memberi pemahaman dan pengatahuan khalayak -terutama Kaum Muslim — mengenai seluk beluk dan segala kontroversi mengenai awal penyabaran Islam di Jawa secara masif. Di sini diketahui pula bahwa antara penyebaran agama dan politik tak bisa dipisahkan. Sebab, patut diingat agama tanpa politik tak bisa menyebar. Dan begitu pula politik tanpa agama yang muncul hanya ketidakadilan dan kesewenang-wenangan.