Senin 23 Oct 2017 06:00 WIB

Bank Muamalat

Pengamat Ekonomi Syariah sekaligus Presiden Direktur Karim Consulting Indonesia Adiwarman Karim menjadi pembicara dalam seminar Perbankan Syariah bertajuk Rembuk Republik, Jakarta, Kamis (5/10).
Foto: Republika/Yasin Habibi
Pengamat Ekonomi Syariah sekaligus Presiden Direktur Karim Consulting Indonesia Adiwarman Karim menjadi pembicara dalam seminar Perbankan Syariah bertajuk Rembuk Republik, Jakarta, Kamis (5/10).

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Adiwarman Karim

Rencana masuknya strategic investor ke Bank Muamalat merupakan awal kebangkitan industri perbankan syariah Indonesia. Dengan demikian, diperkirakan pada tahun 2018 akan ada tiga bank umum syariah yang menjadi bank BUKU III menyusul Bank Syariah Mandiri.

Wajah perbankan syariah diperkirakan akan diwarnai oleh empat segmen pasar. Pertama, segmen korporasi melalui pembiayaan proyek infrastruktur pemerintah yang diperkirakan akan mencapai 30 persen dari portofolio perbankan syariah. Segmen ini menjadi mesin utama pertumbuhan aset dengan risiko relatif rendah.

Kedua, segmen konsumer melalui pembiayaan rumah dan sebagian kendaraan bermotor yang diperkirakan akan mencapai 30 persen pangsa pasar juga. Segmen ini diwarnai dengan produk baru, yaitu sekuritisasi aset, sehingga selain bertumbuh cepat dengan risiko yang relatif terkendali juga memberikan likuiditas baru ke dalam industri perbankan syariah.

Ketiga, segmen UKM yang diperkirakan mencapai 20 persen dengan margin keuntungan dan risiko yang relatif sedang. Keempat, segmen mikro yang diperkirakan mencapai 20 persen dengan margin keuntungan yang tinggi dan risiko yang beragam dari rendah sampai tinggi.

Dari pergerakan itu, Bank Muamalat menjadi kunci perubahan karena posisinya sebagai bank syariah terbesar kedua sangat menentukan baik-buruknya kinerja industri perbankan syariah. Dengan asumsi kinerja Bank Syariah Mandiri sebagai bank syariah terbesar tetap berkembang stabil, maka perubahan di Bank Muamalat menjadi lokomotif perubahan, terutama masuknya ke segmen pembiayaan proyek infrastruktur pemerintah.

Kebutuhan tambahan modal dan/atau dana Bank Muamalat dapat dihitung dengan tiga skenario. Skenario pertama, dengan memperhitungkan jumlah pembiayaan dalam perhatian khusus, kurang lancar, diragukan, dan macet berdasarkan laporan keuangan Juni 2017, maka diperlukan tambahan modal sekitar Rp 11 triliun. Bila menggunakan data Desember 2016, diperlukan tambahan modal Rp 8 triliun.

Skenario kedua, dengan memperhitungkan jumlah pembiayaan kurang lancar, diragukan, dan macet berdasarkan laporan keuangan Juni 2017, dan secara konservatif mengalikan dua. Pengalian dua ini dilakukan untuk satu bagian mencukupi jumlah pembiayaan bermasalah tersebut dan satu bagian lagi untuk menggantikannya.

Dengan metode tersebut, kebutuhan tambahan modal mencapai Rp 4,88 triliun, yang dengan asumsi tingkat pemulihan mencapai 20 persen dari yang bermasalah maka kebutuhan tambahan modal mencapai Rp 4 triliun. Bila strategic investor baru menyetorkan Rp 4,5 triliun, tentu itu akan lebih baik karena memberikan sedikit buffer.

Skenario ketiga, dengan memperhitungkan jumlah pembiayaan dalam perhatian khusus, kurang lancar, diragukan, dan macet dan secara konservatif mengalikan dua. Selanjutnya ditambahkan kebutuhan al-ijarah, anak perusahaan Bank Muamalat, dan dengan asumsi tingkat pemulihan 10 persen, maka kebutuhan tambahan modal mencapai Rp 20 triliun.

Skenario ketiga merupakan skenario yang dapat membawa Bank Muamalat tumbuh kuat, sehat, dan stabil pada 2018. Namun, bila skenario ini yang digunakan maka pemegang saham eksisting akan terdilusi sampai pada level terendah menjadi pemegang saham nonpengendali. Oleh karena itu, skenario gabungan antara skenario satu dan tiga menjadi pilihan baru.

Tambahan modal sebesar Rp 4,5 triliun atau setara 51 persen dari total modal dan tambahan bisnis baru sebesar Rp 20 triliun untuk menjamin tercapainya kondisi yang kuat, sehat, dan stabil. Tanpa tambahan bisnis baru sekitar Rp 20 triliun itu, maka tambahan modal Rp 4,5 triliun tidak akan membawa kondisi sehat, kuat, dan stabil yang berkelanjutan.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement