Jumat 04 Mar 2016 08:14 WIB

Muslim Amerika dan Pemilu

Red: M Akbar
 Imam Besar Masjid Newyork USA/ Dir Nusantara Foundation Shamsi Ali
Foto:

2) Walaupun kenyataannya bahwa Barack Obama, seorang Afro-Amerika, terpilih menjadi presiden selama dua periode, masih banyak masyarakat Amerika putih (white Americans) yang menyembunyikan ketidaksukaan.

Satu di antaranya adalah DT sendiri yang sejak awal mencoba melakukan apa saja untuk menjegal Barack Obama menjadi presiden, termasuk mempertanyakan akta lahirnya.

Kebencian whites ke non-whites inilah yang beberapa waktu lalu terakumulasi dalam gerakan "Tea Party" di dalam tubuh Partai Republik. Dan, karakter DT yang "out spoken" dan terbuka seolah menjadi panampung bagi kemarahan itu.

3) Perubahan demografi masyarakat Amerika menjadikan mereka yang selama ini "mayoritas" merasa terancam. Dari tahun ke tahun, masyarakat berkulit putih Amerika (white Americans) merasa terancam dengan pertumbuhan non-white secara mengejutkan.

Ada tiga komunitas kelompok minoritas dengan pertumbuhan tercepat. Hispanic, Asia, dan komnuitas agama Islam (Moslem community). Ini yang menjadikan kalangan white Americans, seperti DT, semakin geram.

4) Kejenuhan masyarakat dengan sistem politik biasa. Mereka menginginkan perubahan, sesuatu yang baru, berbeda dari yang biasanya. Apa pun itu bentuknya. DT di Partai Republik dan Sanders di kubu Demokrat dianggap mewakili perubahan dari sistem lama itu. Keuntungan DT atas Sanders (Sosialis Demokrat) adalah bahwa pemilih Demokrat masih memiliki calon hebat lainnya. Sementara, DT hampir tidak memiliki persaingan.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement