Kamis 03 Jul 2025 13:27 WIB

Tantangan Radio Konvensional di Era Digital: Adaptasi, Kompetisi, dan Relevansi Media Suara

Jika mampu merespons dengan tepat, radio bisa tumbuh jadi bagian ekosistem digital.

Radio AM (ilustrasi)
Foto: VOA
Radio AM (ilustrasi)

Oleh: Muhammad Ilham, SE, M.I.Kom, Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Bakrie dan Konsultan Branding & Marketing

REPUBLIKA.CO.ID, Radio sebagai media massa telah memainkan peran penting dalam menyampaikan informasi dan hiburan kepada masyarakat selama hampir satu abad. Namun, perkembangan teknologi digital dan perubahan perilaku konsumsi media telah mengguncang posisi radio konvensional.

Baca Juga

Artikel ini bertujuan untuk mengidentifikasi tantangan utama yang dihadapi industri radio di era digital, termasuk penurunan jumlah pendengar muda, meningkatnya persaingan dari platform audio digital, dan perubahan model bisnis berbasis iklan. Penulis menggunakan pendekatan kualitatif melalui studi literatur dan pengamatan tren industri media.

Hasil analisis menunjukkan bahwa keberlanjutan radio konvensional bergantung pada kemampuannya untuk beradaptasi dengan teknologi, menciptakan konten yang relevan, serta menjalin interaksi lebih dekat dengan audiens melalui platform digital. Artikel ini juga menawarkan beberapa strategi praktis bagi pelaku industri untuk menjaga eksistensinya di tengah disrupsi digital yang masif.

Sejarah panjang

Media radio memiliki sejarah panjang sebagai sarana penyebaran informasi, hiburan, dan budaya populer. Di banyak negara, termasuk Indonesia, radio pernah menjadi media utama sebelum televisi dan internet berkembang. Namun, dalam dua dekade terakhir, teknologi digital telah membawa perubahan besar dalam perkembangan media. Konsumen kini terbiasa dengan akses cepat, personalisasi, dan format on-demand karakteristik yang dimiliki oleh platform seperti Spotify, YouTube, dan podcast.

Radio menghadapi tekanan besar: kehilangan pendengar muda, menurunnya daya saing konten, dan penurunan pendapatan iklan.

Lalu, bagaimana radio konvensional bisa bertahan di tengah gempuran digital? Tulisan ini mencoba menjawab pertanyaan tersebut dengan mengurai tantangan utama dan kemungkinan solusi strategis bagi keberlangsungan media radio.

Menurut McLuhan (1964), media tidak hanya menyampaikan konten, tetapi juga membentuk cara manusia berpikir dan berinteraksi. Dalam konteks ini, digitalisasi telah mengubah cara manusia mengonsumsi audio: dari pasif menjadi aktif, dari massal menjadi personal. Penelitian oleh Ofcom (2022) menunjukkan bahwa generasi muda lebih tertarik pada podcast dan musik streaming dibandingkan radio tradisional.

Beberapa studi menyebut radio masih memiliki kekuatan sebagai media lokal dan real-time. Namun, ini tidak cukup jika tidak disertai inovasi. Digitalisasi menuntut radio untuk tidak hanya hadir secara daring, melainkan juga relevan secara konten dan fungsional secara teknologi.

Penulis mengamati tantangan radio pada era digital dan dampaknya terhadap industri serta tenaga kerja media. Penelusuran dilakukan terhadap jurnal ilmiah, laporan industri media, dan artikel berita dari tahun 2018–2024 yang memuat, pertama tren digitalisasi media di Indonesia dan global. Kedua, studi perilaku audiens terhadap media suara, dan ketiga perubahan model bisnis media konvensional.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement