AL CHAIDAR; Departemen Antropologi, Universitas Malikussaleh, Lhokseumawe, Aceh
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berdasarkan tulisan Martin Van Bruinessen (2008) berjudul "Traditionalist and Islamist pesantrens in contemporary Indonesia" membahas tentang pesantren tradisional di Indonesia, termasuk Pesantren Al Zaytun. Menurut Van Bruinessen, pesantren Al Zaytun adalah pesantren yang didirikan pada tahun 1989 oleh Syekh AS Panji Gumilang alias Abu Toto di Indramayu, Jawa Barat.
Van Bruinessen menyebutkan bahwa Pesantren Al Zaytun adalah salah satu pesantren besar dan terkenal di Indonesia, dengan jumlah santri mencapai ribuan orang. Pesantren Al Zaytun menawarkan pendidikan Islam yang mengajarkan ajaran salafiyah dan mempromosikan pengamalan sharia secara ketat.
Van Bruinessen juga mengungkapkan bahwa Pesantren Al Zaytun memiliki hubungan yang kontroversial dengan gerakan radikal NII palsu. Beberapa pengurus Pesantren Al Zaytun diduga memiliki keterlibatan dengan NII dan sebagian besar santri di pesantren ini juga berasal dari keluarga yang terkait dengan NII. Banyak media sudah menyoroti pesantren kontroversial yang dekat dengan Orde Baru ini.
Van Bruinessen menyoroti bahwa Pesantren Al Zaytun memiliki program pendidikan yang modern, dengan menekankan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran. Program-program ini diharapkan dapat membantu meningkatkan kualitas pendidikan di pesantren Al Zaytun. Secara keseluruhan, tulisan Van Bruinessen memberikan gambaran singkat tentang pesantren Al Zaytun sebagai pesantren yang terkenal di Indonesia, namun memiliki keterlibatan dengan gerakan radikal NII.
Selain itu, peneliti lain, Umar Abduh (2002) , Pesantren Al-Zaytun Sesat?: Investigasi Mega Proyek dalam Gerakan NII, merupakan sebuah buku investigasi yang membahas tentang peran Pesantren Al Zaytun dalam gerakan NII dan isu-isu yang terkait dengan gerakan ini. Dalam bukunya, Umar Abduh mengungkapkan bahwa gerakan NII merupakan gerakan radikal yang berusaha mengubah sistem politik dan sosial di Indonesia dengan menggunakan kekerasan. Pesantren Al Zaytun diduga sebagai salah satu pusat gerakan NII yang mengajarkan ideologi yang radikal dan berbahaya bagi keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Selain itu, Umar Abduh juga mengungkapkan bahwa Pesantren Al Zaytun terlibat dalam beberapa kasus pelecehan seksual yang dilakukan oleh pimpinan di pesantren ini. Kasus-kasus pelecehan seksual ini dilakukan terhadap para santri wanita yang masih di bawah umur. Hal ini menunjukkan bahwa pesantren Al Zaytun tidak hanya berbahaya dari segi ideologi, tetapi juga dalam aspek moral dan etika.
Sebagai pesantren yang terkenal di Indonesia, Pesantren Al Zaytun memegang teguh prinsip-prinsip ajaran Islam dalam pelaksanaan ibadah, termasuk sholat Idul Fitri. Namun, setiap pesantren mungkin memiliki cara dan tradisi tersendiri dalam melaksanakan sholat Idul Fitri, tergantung pada interpretasi dan tafsir masing-masing ulama dan pimpinan pesantren. Sholat Ied yang dilakukan oleh pesantren ini kemarin (22 April 2023) bercampurnya jamaah laki-laki dan perempuan.
Berita yang dilaporkan oleh Republika.co.id pada tanggal 21 April 2021 berjudul "Pimpinan Al-Zaytun Diperiksa Terkait Dugaan Pelecehan" dimana pimpinan Pesantren Al-Zaytun (Panji Gumilang) di Indramayu, Jawa Barat, yang diduga melakukan pelecehan seksual terhadap beberapa santri perempuan, kini telah diperiksa oleh pihak kepolisian.