REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Selamat Ginting, Wartawan Republika
Bos Bulog Budi Waseso marah. Dia menunjukkan dirinya garang, ganas, galak atau buas. Mirip dengan bunyi akronim namanya: Buwas. Direktur Utama (Dirut) Perusahaan Umum (Perum) Bulog itu tak bisa menahan marah, kala membahas rencana impor beras.
Dengan nada suara tinggi, ia meyakini, stok beras aman hingga Mei 2021 ini. Sehingga tidak ada alasan untuk melakukan impor beras. Garis bawahi, tidak ada alasan untuk melakukan impor beras.
Ia mengacu pada data Kementerian Pertanian dan Badan Pusat Statistik (BPS), stok beras surplus. Cadangan beras pemerintah pada akhir Maret 2021 sekitar 902.000 ton.
“Bulog menguasai 923.000 ton beras per hari ini," ujar Budi Waseso saat diskusi secara daring, Kamis (25/3/2021). Hal ini tentu saja terkait dengan peran Perum Bulog menjaga stabilisasi harga pangan dalam kerangka ketahanan pangan nasional.
Purnawirawan jenderal polisi bintang tiga itu berjanji tim Bulog akan turun ke lapangan. Tujuannya untuk membuktikan produksi beras dalam negeri cukup, seperti laporan dari Kementerian Pertanian dan BPS. Ia ingin mengikuti arahan Presiden Jokowi, yang menggalakan pangan dan mencintai produk dalam negeri.
Dirut Bulog itu merasa tidak perlu impor beras. Namun di sisi lain, ada pihak yang menginginkan impor beras justru di saat musim panen tiba. "Yang ngomong soal impor kan bukan saya karena saya bukan pengambil kebijakan, bukan pengambil keputusan," ujarnya dengan wajah serius.
Baca juga : Nadiem Temui Megawati, Ini yang Dibahas ...
Keinginan untuk impor beras, memang bukan dari Bulog. Melainkan dari dua kementerian. Yaitu Kementerian Koordinator bidang Perekonomian dan Kementerian Perdagangan. Padahal BPS memperkirakan produksi beras tahun 2021 naik tajam.
Produksi Januari hingga April 2021 diperkirakan 14,54 juta ton. Naik 26,84 persen dibandingkan periode sama tahun lalu yang hanya 11,46 juta ton. Sebuah kenaikan fantastis. Sehingga tidak ada alasan impor beras.