Rabu 07 Sep 2016 08:17 WIB

Qadafi, Hitler, dan Sangkuni di Sekitar Pemerintahan Jokowi

Politikus (Ilustrasi)
Jokowi menyaksikan matahari terbit pertama 2016 di Pantai Waiwo, Rajaampat

Rasanya di Indonesia sudah terjadi inflasi orang berwatak seperti Sangkuni ini. Mereka inilah yang dulu memakai label pembela rakyat sebagai lakon sandiwaranya. Padahal, dalam otaknya hanya ada tujuan bagaimana mengeyangkan perutnya.

Saat mereka sudah duduk di kursi komisaris, suara-suara sumbang dan kritis pun habis. Dari pengamat yang kritis kini mereka berubah jadi anak manis. 

Pada akhirnya, pengalaman di Libya dan Jerman mesti dicermati pemerintahan Jokowi. Sebab, mendandani Sengkuni dengan baju pejabat, komisaris, hingga pengamat, tak pernah membawa kemaslahatan bagi bangsa dan negara.

Sebab sejatinya, orang-orang ini tak pernah memegang sebuah nilai, apalagi ideologi, melainkan hanya memikirkan kursi serta posisi. Mereka inilah yang tak pernah berpikir soal kemajuan Indonesia, melainkan kemajuan perutnya. 

Sekali lagi, saya tidak ingin mengaitkan tulisan ini dengan nama tertentu. Tapi saya ingin mengajak Anda untuk mengingat isu penolakan pesawat presiden, soal desakan Sri Mulyani mundur, serta soal kritikan politik dagang sapi yang terjadi pada era SBY.

Lantas siapakah tokoh itu? Silakan masing-masing dari Anda mencari jawabannya. 

Sambil mengakhiri tulisan ini, saya pun kembali menikmati karya apik God bless yang kembali dipopulerkan oleh Nicky Astria itu. "Dunia ini panggung sandiwara. Cerita yang mudah berubah...."

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement