Rabu 07 Sep 2016 08:17 WIB

Qadafi, Hitler, dan Sangkuni di Sekitar Pemerintahan Jokowi

Politikus (Ilustrasi)
Adolf Hitler

Tapi, propaganda tak sebatas bisa menghancurkan. Sebaliknya, lewat propaganda seorang akhirnya bisa menuju tampuk kekuasaannya. 

Contoh dalam hal ini adalah Adolf Hitler. Usai dipenjara akibat percobaan kudeta yang gagal pada 1923, Hitler dipenjara. Saat itulah Hitler merancang propaganda untuk mengangkat citranya sebagai pahlawan Jerman.

Mahakarya propaganda Hitler tertuang dalam buku Mein Kampf. Dalam propagandanya itu, Hitler mengkritik pemerintah Jerman yang tak punya harga diri usai kalah pada Perang Dunia I. Dia pun menarik simpati masyarakat dengan mencitrakan diri sebagai penyelamat rakyat Jerman.

Propaganda yang didukung mayoritas media Jerman ini kemudian membuahkan hasil. Citra bak pahlawan Hitler membawanya bersama Nazi menguasai Jerman. Kesuksesan yang terjadi 10 tahun usai Hitler merancang propaganda politiknya dengan dukungan media.

Namun, yang terjadi usai Hitler berkuasa nyatanya tak semanis isi koran dan buku Mein Kampf. Sebab, kekuasaan Hitler malah berujung penderitaan. Puncaknya adalah Jerman hancur total pada Perang Dunia II.

Situasi seperti Libya atau Jerman juga pernah melanda Indonesia. Rekayasa, kebohongan, hingga praktik kecurangan senantiasa menghiasi dunia politik Tanah Air. Ada pemimpin besar yang jadi hancur oleh propaganda. Sebaliknya, propaganda mengantarkan para antagonis memegang tampuk kekuasaan. 

Semua kisah ini terjadi lewat pola yang sama, yakni lewat propaganda kebohongan. Saya tak ingin menuding siapa pemimpin bajingan, atau sebaliknya, mengenai pemimpin besar yang citranya dihancurkan.

Namun satu hal yang jelas, untuk mengetahui propaganda, kita harus jeli membaca rentetan peristiwa politik yang terjadi. Kita juga penting mengkritisi aktor-aktor yang selama ini hanya mencari peluang bagi kepentingan perutnya sendiri.

Sebab, tokoh-tokoh oportunis inilah yang menjadi aktor kehancuran sebuah bangsa, seperti di Libya, Jerman, dan berpotensi pula menghancurkan Indonesia.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement