Jumat 07 Aug 2015 09:45 WIB

Masa Depan Muhammadiyah

Muhammadiyah.
Foto: Muhammadiyah.
Muhammadiyah.

Keenam, mengingat masalah dakwah terus bergerak makin kompleks, semakin mendesak perlunya think tank atau semacam pusat pemikiran yang dilembagakan, apakah di bawah Majelis Tarjih dan Tajdid atau berdiri sendiri. Tugasnya menyiapkan pemikiran yang relatif solid dan meyakinkan, tentu lewat proses R&D agar Muhammadiyah bukan saja memiliki kemampuan anticipation of change, tapi juga management of change.

Kita bersyukur pada Allah makin banyak barisan intelektual muda dan ulama muda yang dapat dikerahkan untuk keperluan penajaman pemikiran dan doktrin perjuangan Muhammadiyah. Kita juga dapat mengajak intelektual dan ulama dari kalangan UII (Ummat Islam Indonesia) yang lain.

Ketujuh, kita menghadapi sumber informasi yang tak seimbang karena informasi yang kita hadapi setiap hari berjalan searah, yaitu dari pihak yang kuat menyasar ke pihak lemah. Kuat dalam arti kemampuan finansial, kecanggihan jaringan, dan konsistensi pencapaian target atau tujuan, serta seni manipulatif yang cukup halus dan bergerak perlahan, tapi pasti. Dalam peperangan informasi, dunia Islam banyak tersudut.

Bila kita tidak kritis menyaring informasi, bukan mustahil kita akan menari-nari sesuai gendang orang lain. Pergeseran opini yang kita alami bisa bergerak sejengkal demi sejengkal, tapi akhirnya kita terseret jauh tanpa disadari. Untuk menghindari ini, berhenti menari mengikuti gendang orang lain. Kita harus waspada, cerdas, dan paham, ke arah mana lagu yang ditabuh pihak lain.

Kedelapan, hubungan sedikit pelik yang akan selalu bersama Muhammadiyah adalah dengan pemerintah. Pada masing-masing zaman, hubungan itu bisa berbeda dalam nuansa, bahkan posisi. Tetapi, satu hal yang jelas, keduanya saling membutuhkan.

Ada ratusan ribu murid dan mahasiswa ditampung dan dididik di ribuan SD, SMP, dan SLTA serta ratusan perguruan tinggi Muhammadiyah. Setiap hari ada ribuan anggota masyarakat yang sakit pergi ke rumah sakit atau klinik Muhammadiyah. Dan, ada ribuan anak yatim piatu yang diasuh di ratusan panti asuh yatim Muhammadiyah dan 'Aisyiyah, dididik, disantuni secara sangat manusiawi hingga berangkat dewasa.

Muhammadiyah telah membantu meringankan tugas konstitusional pemerintah atau negara. Sebaliknya, Muhammadiyah juga tetap memerlukan bantuan pemerintah. Dalam pendidikan, hampir seluruh sekolah dan perguruan tinggi Muhammadiyah/'Aisyiyah masih perlu akreditasi pemerintah.

Kesembilan, sedikit mau'idhah hasanah atau saling wasiat saya sampaikan (QS al-'Asr: 1-3) untuk kebaikan persyarikatan kita pada masa datang. Pada masa silam, persyarikatan pernah mencoba meretas usaha ekonomi. Kita akuisisi sebuah bank dengan proses kurang teliti.

Ternyata, bank yang kita akuisisi lewat pembagian saham baru yang bernama Bank Persyarikatan Indonesia (BPI) menjadi bank bermasalah. Hampir saja bank bermasalah itu menyeret Muhammadiyah ke persoalan berat, tapi Allah masih berkenan menolong Muhammadiyah sehingga kita olos dari kemelut.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement