Rabu 16 Apr 2014 09:21 WIB

Xi Jinping dan Mimpi 'Lugu' Pasukan Antariksa

Xi Jinping
Foto: [ist]
Xi Jinping

REPUBLIKA.CO.ID, By. Julkifli Marbun (julkifli@rol.republika.co.id)

 

Saat dilantik menjadi Presiden Rakyat Cina (Tiongkok) pada Maret 2013, tidak ada yang begitu spesial dari Xi Jinping.

Kecuali bagi pemerhati isu internasional, Xi mungkin hanya  seorang pemimpin biasa untuk ukuran negara yang besar.

Namun, sebulan setelah dia menjabat sebagai presiden, pada bulan Mei 2013, pelan tapi pasti, Xi mulai menarik perhatian, saat dia mengemukakan konsep 'Chinese Dream' atau Mimpi China.

Xi meminta anak muda "untuk berani bermimpi, bekerja tekun untuk memenuhi impian dan berkontribusi untuk revitalisasi bangsa."

Sekilas, ide untuk bermimpi ini sudah sangat kadaluwarsa. Amerika Serikat sudah lama mempunyai 'American Dream', walau untuk tingkat Asia, yang sangat 'rasional', untuk bermimpi atau menjadi pemimpi adalah sesuatu hal yang 'tabu'. Bila anda seorang pemimpi, anda akan bisa dicap 'tidak tahu diri' atau orang lugu (innocent/innocuous); sebuah sikap yang dianggap malu-maluin aja.

Kesan innocent itu pula yang terlihat dalam sebuah foto Xi di sebuah pelabuhan. Sebagai seorang presiden dia tidak sungkan mengenakan payung bak orang biasa di tengah rintik hujan.

Namun justru itulah yang membuat The Atlantic menurunkan artikel 'Why This Seemingly Innocuous Photo of Xi Jinping Is So Important' untuk menggambarkan dirinya.

Tanpa disadari, keluguan Xi telah menjadi pendobrak kerumitan kehidupan di masyarakat. Pasca kepemimpinannya, Cina meluncurkan kelinci giok ke bulan. Di tengah arus globalisasi yang membuat masyarakat dan penduduk dunia semakin cerdas, ternyata dibutuhkan seorang pemimpin yang kelihatan 'lugu' tapi cerdas.

Cina menemukan jawaban seperti solusi yang dimiliki Amerika Serikat mengenai kebuntuan politik George W. Bush di pentas dunia.

Saat itu, seorang warga kulit hitam didikan sebuah Sekolah Dasar di Cikini, ujug-ujug ikut kompetisi pemilihan presiden dan menang. Setelah itu, semua tahu AS mempunyai Presiden dari kulit hitam pertama, Barack Obama.

Di pentas nasional, kita perlu berbangga hati bahwa di samping mempunyai calon pemimpin yang cendekiawan dan intelek, bangsa ini ternyata juga mempunyai para pemimpin yang lugu.

Mereka yang berani bermimpi untuk mencetuskan mobil nasional (mobnas) buatan anak bangsa padahal jabatannya cuma Wali Kota. Mereka yang berani, padahal belum tentu didukung yang lain, memproduksi mobil listrik dengan dananya sendiri, mereka yang berani mencetuskan mambangun monorel di daerahnya padahal Jakarta saja belum punya, mereka yang bermimpi untuk melunasi utang negara, membuat Indonesia unggul, cerdas dan sederetan lainnya.

Kejutan lain yang ditelurkan Xi adalah mimpinya untuk mempunyai pasukan antariksa. Xi mengatakan kepada angkatan udara negara itu untuk "mempercepat integrasi wilayah udara dan mempertajam kapabilitas pertahanan dan serangan mereka."

Yang membuat Xi kelihatan lugu adalah ungkapannya secara publik. Dapat dipahami, tanpa diungkap oleh Xi-pun, dipastikan militer Cina sedang mempersiapkan diri ke arah sana bila memang itu diperlukan.

Tapi, melihat konteks politik internasional saat ini, khususnya di Ukraina, pernyataan Xi itu dinilai lebih kepada penekanan bahwa Cina siap mempertahankan integritas teritorial dan kedaulatan pertumbuhan ekonomi mereka, di daratan, di udara atau di luar angkasa sekalipun.

Walaupun begitu, harian milik pemerintah, China Daily, pada Selasa mengutip Wang Ya'nan, wakil pemimpin redaksi majalah Aerospace Knowledge di Beijing mengatakan bahwa langkah tersebut merupakan respon atas 'kebutuhan saat ini.'

"Amerika Serikat memberikan perhatian dan sumberdaya untuk integrasi kemampuan udara dan luar angkasa, dan negara-negara adidaya lain juga bergerak secara progresif menuju militerisasi angkasa luar," kata Wang.

"Meski Cina telah menyatakan akan tetap pada penggunaan luar angkasa secara damai, kami harus meyakinkan bahwa kami punya kemampuan untuk mengimbangi operasi negara lain di luar angkasa."

Mempunyai pemimpin yang lugu seperti Xi maupun Obama sekilas dapat menjadi solusi atas kesumpekan dan keribetan masalah yang ada. Yang mengingatkan kita kepada keluguan Salahuddin Al Ayubi yang santai menyamar dan memasuki tenda lawan; menawarkan obat kepada raja musuh yang sakit.

Dibutuhkan infrastruktur negara yang matang untuk mampu atau layak mempunyai pemimpin yang lugu dan cerdas. Hal itu dibutuhkan untuk menghindari huru-hara yang mungkin terjadi seperti yang dialami Presiden terpilih pertama secara demokratis Mesir, Muhammad Mursi yang lugu dan cerdas itu.

Presiden, mantan teknisi lembaga Antariksa AS (NASA) ini tumbang begitu saja oleh kudeta Menteri Pertahanannya, Jenderal Abdul Fattah Alsisi, yang beberapa waktu lalu dengan 'wajah lebih lugu' mengumumkan kepada rakyatnya untuk mengundurkan diri sebagai Menteri Pertahanan dan keinginannya mencalonkan diri menjadi Presiden:

I'tizami al Tarassukh, la yasihhu wa la yazuz an yahjuba haqqa ghairi fi al tarassukh..

([Saya ingin memastikan, niat] saya untuk mencalonkan diri, tidaklah boleh menafikan hak dan kewajiban orang lain untuk mencalonkan diri..)

Wallahu A'lam Bisshawab

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement