
Oleh: Buya Anwar Abbas*)
Pada 1950, wakil presiden RI pertama Mohammad Hatta berkunjung ke Tanah Karo, Sumatra Utara. Di hadapan masyarakat setempat, Bung Hatta menyampaikan bahwa pada zaman penjajahan nasib rakyat bagaikan ayam yang mati kelaparan di lumbung padi; atau seperti itik yang mati kehausan di kolam air.
Namun, lanjut tokoh berdarah Minangkabau ini, kini bangsa Indonesia sudah merdeka. Maka dari itu, di negeri ini tidak boleh lagi ada orang fakir atau miskin yang tidak terpenuhi kebutuhan pokoknya. Sebab, tegas Bung Hatta, sekarang kita sudah mempunyai kekuasaan untuk mengatur diri sendiri.
Kekayaan Indonesia tidak lagi dibawa lari ke luar. Dalam alam kemerdekaan ini, kekayaan alam diolah dan digunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat Indonesia.
"Kita ingin bahwa yang akan menikmati kemakmuran itu tidak hanya dua, tiga, atau segelintir orang, melainkan harus bisa dinikmati oleh seluruh rakyat," demikian Bung Hatta.
Namun, apakah keinginan itu kini sudah tercapai? Ternyata, belum.
Sebab, masih banyak anak-anak bangsa Indonesia hidup dalam kemiskinan. Ini terlihat dari data yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik pada Maret 2025. Jumlah orang miskin di negeri ini sebanyak 23,85 juta jiwa atau sekira 8,47 persen dari total populasi.
Keadaan ini tentu saja sangat kita sesalkan. Oleh karena itu, mengikuti pesan Bung Hatta, kita harus terus membangun, menyusun, dan memperbaiki ekonomi Indonesia. Caranya dengan mengolah sumber daya alam untuk memenuhi dasar-dasar kebutuhan dan kemakmuran seluruh rakyat.
Pada masanya menjadi wapres RI, Bung Hatta menyampaikan bahwa dirinya ingin agar hubungan yang dekat terus berlangsung antara rakyat dan pemerintah. Negara akan kuat kalau pemerintahnya dipercayai oleh rakyat. Kemakmuran untuk semua pun akan terwujud kalau pemerintah mencintai rakyatnya.
"Jadi, adanya pertalian batin yang kuat antara rakyat dan pemimpin menjadi sesuatu yang sangat penting," kata Bung Hatta.
Kini, 80 tahun umur negara Indonesia. Setelah lebih dari 75 tahun kata-kata Bung Hatta itu terucap, tampaknya masalah-masalah masih banyak menjangkiti kehidupan bangsa kita.
Pesan-pesan dan pandangan-pandangan Bung Hatta saat ini masih sangat relevan. Kita sepatutnya menghayati perkataan sang proklamator RI sebagai sumber motivasi dalam mewujudkan kemakmuran seluruh rakyat, tanpa kecuali.
Supaya tali batin yang baik antara rakyat dan para pemimpin dapat diwujudkan, seperti diharapkan Bung Hatta, maka perlu kehadiran pemerintah yang dicintai oleh rakyatnya.
Cita-cita Indonesia makmur, sejahtera, dan bahagia hanya dapat terwujud kalau pemerintah betul-betul mencintai rakyat.
Pertanyaannya: apakah hal itu sudah kita miliki saat ini? Mari kita cari jawabannya di Morowali dan penanganan pasca-bencana banjir bandang di Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat. Sebab, rakyat di sana pun merupakan bagian dari negeri kita tercinta.
*) Dr H Anwar Abbas MM MAg atau yang akrab disapa Buya Anwar Abbas merupakan Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat. Dosen tetap Prodi Perbankan Syariah FEB UIN Syarif Hidayatullah ini juga adalah Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Bidang UMKM, Pemberdayaan Masyarakat, dan Lingkungan Hidup.