
Oleh : Syahnanto Noerdin*
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Prabowo Subianto mengumumkan reshuffle pertama Kabinet Merah Putih yang mengejutkan pasar dan publik, pada Senin, 8 September 2025, Keputusan ini langsung menimbulkan gejolak di pasar modal Indonesia, di mana Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok signifikan dalam hitungan menit setelah pengumuman. Dampak ini mencerminkan sensitivitas pasar terhadap perubahan kebijakan politik, khususnya terkait posisi strategis dalam pemerintahan.
Reshuffle kabinet yang melibatkan lima kementerian strategis langsung memicu koreksi tajam di pasar modal Indonesia. IHSG yang sempat bergerak positif di awal perdagangan, tiba-tiba anjlok 1,28% atau 100,50 poin ke level 7.766,85. Penurunan ini terjadi mendadak menjelang penutupan pasar, menunjukkan reaksi spontan investor terhadap ketidakpastian politik.
Koreksi pasar ini tidak terjadi secara terpisah. Dari total saham yang diperdagangkan, sebanyak 451 saham ditutup melemah, sementara hanya 232 saham yang menguat. Indeks LQ45 bahkan mengalami penurunan lebih dalam yaitu 1,6% ke posisi 786,92. Hal ini menunjukkan bahwa penurunan tidak hanya terjadi pada saham-saham kecil, tetapi juga pada emiten berkapitalisasi besar yang menjadi barometer pasar.
Fokus pada Pergantian Menteri Keuangan
Perhatian khusus tertuju pada pergantian Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, yang telah menjabat sejak era pemerintahan Jokowi. Keberadaan Sri Mulyani selama ini dianggap sebagai jangkar stabilitas fiskal dan kepercayaan investor internasional terhadap Indonesia. Pergantian ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan pelaku pasar tentang arah kebijakan fiskal masa depan.
Sejarah telah membuktikan pengaruh besar Sri Mulyani terhadap pasar modal.
Pada Maret 2025, rumor tentang kemungkinan mundurnya Sri Mulyani pernah memicu IHSG anjlok hingga 6,12% ke level 6.076. Bahkan pada 2010, ketika Sri Mulyani mengundurkan diri untuk bergabung dengan Bank Dunia, IHSG turun 3,81%. Pola ini menunjukkan betapa besarnya kepercayaan pasar terhadap sosok yang telah dikenal sebagai arsitek stabilitas ekonomi Indonesia.
Analisis Teoritis: Efficient Market Hypothesis dan Political Risk
Reaksi cepat pasar modal terhadap pengumuman reshuffle kabinet dapat dijelaskan melalui Efficient Market Hypothesis (EMH) yang dikembangkan oleh Eugene Fama. Menurut teori ini, harga saham mencerminkan semua informasi yang tersedia, termasuk informasi politik yang dapat mempengaruhi prospek ekonomi.