Oleh Guntur Soekarno, Ketua Dewan Ideologi DPP PA GMNI dan Pemerhati Sosial.
Membaca media surat kabar pekan lewat, ada berita pertemuan pertemuan tokoh partai politik dalam rangka berbuka puasa bersama. Antara lain Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh, capres Partai Nasdem Anies Baswedan, wapres ke-10 Jusuf Kalla, Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto, dan Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono.
Di samping itu, ada tokoh lainnya dari berbagai kelompok masyarakat. Namun tak disebutkan dalam artikel adanya petinggi-petinggi pemerintahan hadir, misalnya para menteri, kepala staf TNI, baik itu panglima TNI atau kepala staf angkatan.
Adapun gabungan partai yang ketua umumnya hadir berembuk untuk membentuk koalisi yang dinamakan koalisi perubahan. Dibicarakan juga siapa bakal calon wakil presiden yang mendampingi Anies di Pilpres 2024, yang harus memenuhi lima kriteria yang disyaratkan capres.
Sejauh ini, penulis belum tahu apa kriteria yang ditetapkan capres Anies dan siapa tokohnya. Paling banter seperti apa yang sudah dikemukakan oleh yang bersangkutan yaitu elektabilitasnya harus tinggi.
Bila hanya berpatokan pada elektabilitas, yang mempunyai elektabilitas tinggi adalah dua tokoh yaitu Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo, yang lainnya sedang-sedang saja bahkan rendah. Bila benar yang di maksud adalah dua tokoh tersebut di atas apakah mungkin?
Mengingat Gerindra melalui Hasyim Joyohadikusumo sudah mendeklarasikan Prabowo sebagai capres. Sedangkan Ganjar Pranowo pasti tidak mungkin mengingat yang bersangkutan kader andalan PDI-Perjuangan yang posisinya di Pilpres 2024 ditetapkan ketua umum partai yang memegang hak prerogatif sesuai keputusan kongres partai.
Disebutkan juga, koalisi perubahan memasukkan nama Andika Perkasa serta Yenny Wahid sebagai cawapres. Bila ini benar, menurut hemat penulis, Andika pasti menolak posisi tersebut mengingat visi politiknya sejauh yang penulis ketahui tak sesuai dengan visi politik Anies.
Soal Yenny Wahid, figur ini pastinya berpikir dua kali mengingat seperti yang disampaikan Gus Dur langsung kepada penulis beberapa tahun lalu menurut yang bersangkutan di Indonesia ini hanya ada dua tokoh dan pemimpin yang harus jadi panutan yaitu Sukarno dan Tan Malaka.
Kalau saja pendirian Gus Dur disampaikan juga kepada putrinya, besar kemungkinan yang bersangkutan menolak menjadi cawapres Anies.
Untuk tokoh lain, menurut penulis juga “enggan” bila harus menjadi cawapres karena bila mau bertindak jujur tanpa diembel-embeli hal lain terutama masalah logistik dalam Pilpres 2024, sebenarnya tokoh dari partai apapun yang ditargetkan adalah menjadi capres bukan cawapres.
Siapa yang mau sekadar jadi cawapres dalam kondisi hari depan umat manusia tidak lagi di planet bumi melainkan di ruang angkasa (Chappy Hakim : Kasau 2002-2005, Ketua PB FASI).
Manusia-manusia masa depan pastinya akan membentuk koloni di berbagai planet yang beredar seperti Mars, Jupiter, bahkan juga Venus yang dalam penelitian baik oleh NASA, Amerika Serikat ataupun badan ruang angkasa Rusia.
Bahkan tidak ketinggalan Cina yang saat ini paling tidak sudah tiga kali bolak-balik mendaratkan taikonot-taikonotnya ke bulan bahkan berhasil membangun stasiun ruang angkasa “Tiangong” (Istana di langit) sebagai batu loncatan untuk mendaratkan para taikonotnya ke planet yang ada dalam Galaksi Bima Sakti.
Ternyata, ditemukan di planet-planet tersebut terdapat unsur H2O (air) yang merupakan salah satu syarat mutlak bagi kehidupan manusia dan makhluk bumi (flora dan fauna).
Beratnya memenangkan Pilpres 2024
Untuk semua partai yang mempunyai capres pada 2024, tampaknya persaingan akan berlangsung panas dan ketat dalam perolehan suara terutama bagi capres Partai Nasdem.
Apalagi bila benar penuturan sahabat lama penulis, Surya Paloh mengenai proses dipilihnya Anies sebagai capres maka benar-benar perkiraan penulis akan terjadi.
Sebagai ilustrasi penulis mengenal secara pribadi dengan Anies di era yang bersangkutan menjadi salah satu anggota tim sukses Jokowi dan Jusuf Kalla pada 2014.
Ketika ada debat calon, yang bersangkutan duduk di sebelah penulis menyaksikan perdebatan yang terasa amat menegangkan antara Jokowi-Kalla dan Prabowo-Hatta Rajasa.
Kedua-duanya sangat piawai dan menguasai situasi kondisi sosial politik ekonomi saat itu sehingga membuat pertarungan terasa sangat alot. Penulis akui peranan Anies sangat besar dalam memenangkan Jokowi-Kalla menjadi presiden dan wakil presiden periode 2014-2019
Di saat jeda, Anies sangat piawai dalam memberikan masukan-masukan, khususnya kepada Jokowi dalam menghadapi pesaingnya. Tata bahasa, ide-ide yang terkandung dipikirannya bahkan olah tubuhnya dalam bertutur kata benar-benar memukau siapapun termasuk penulis.
Saat itu dalam hati terpikir figur yang satu ini bisa jadi figur masa depan, sayang setelah Pilpres 2014 usai karena satu dan lain hal penulis tidak pernah lagi berkomunikasi dengan yang bersangkutan hingga saat ini.