REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Indira Rezkisari*
Kepergian Presiden ketiga Indonesia BJ Habibie membuat saya merenung. Negara ini kehilangan putra terbaiknya. Tapi Habibie tidak pergi begitu saja.
Warisannya yang telah terwujud dalam bentuk kreasi serta inovasi di beragam bidang. Mulai dari patennya yang paling terkenal yaitu cara menghitung keretakan pesawat hingga tingkat atomnya sampai paten di bidang kereta api misalnya, sudah memperbaiki hidup banyak orang di dunia.
Berpulangnya Habibie bertepatan dengan kunjungan saya ke Hangzhou, China, atas undangan dari Alibaba Group untuk melihat festival kreator terbesar di sana Taobao Maker Festival. Acara Taobao Maker Festival resmi dibuka untuk publik sejak 12 September 2019 di dua tempat di Hangzhou dan berlangsung selama dua pekan lamanya.
Festival yang sudah digelar selama empat tahun terakhir merupakan ajang bagi kreator atau inovator terkini di China menunjukkan kemampuannya. Di tahun keempatnya Taobao Maker Festival tampil dalam skala yang lebih besar dibandingkan sebelumnya. Tentunya dengan level kreativitas yang juga jauh lebih luas.
Jangan dibayangkan Taobao Maker Festival ini seperti Brightspot yang menawarkan produk-produk kreatif baru atau menarik di dunia mode serta kuliner. Taobao Maker Festival adalah tempat kreator dari segala bidang, seperti teknologi hingga budaya tradisional, bertemu.
Lokasi yang dipilih juga berbeda. Kalau di Jakarta acara skala besar biasa bertempat di Jakarta Convention Center atau di lapangan GBK Senayan, maka Taobao Maker Festival sengaja memilih bekas pabrik pemanas atau boiler factory sebagai lokasinya. Ada alasan di balik pemilihan bekas pabrik. Lokasi yang tidak lazim itu diharap bisa memicu level kreativitas siapapun yang datang. Bahwa dari tempat terduga bisa muncul inovasi yang terus berkembang.
Level inovasi yang dihadirkan memang tinggi. Misalnya alat robotik yang bisa diletakkan di tangan, kaki, hingga punggung dan menjadikan penggunanya bak Iron Man. Alias kuat mengangkat beban berat, hingga puluhan atau ratusan kilogram. Atau wayang tradisional China yang dalangnya bukan manusia tapi mesin yang diprogram untuk bekerja sebagai dalang.
Chief Marketing Officer Alibaba, Chris Tung, mengatakan China sudah didukung oleh infrastruktur manufaktur yang luar biasa. Ibarat kata, apapun idenya maka China bisa mewujudkannya karena segala pabrik atau produsen tersedia sudah.
“Karena itu tidak ada alasan untuk tidak berkreasi,” ujar Chris.
Dengan penduduk 1 miliar orang China memang membutuhkan para kreator untuk terus meningkatkan kualitas barangnya. Bagi China, kondisi Made in China alias segala barang di dunia adalah buatan China sudah terjadi. China adalah raja dari produsen barang apapun di dunia. Saatnya naik kelas.
Pakar inovasi dan kreativitas Yoris Sebastian mengatakan delapan tahun lalu dia diundang ke Shanghai, China, untuk melihat peluncuran kampanye 100 Percent Design by Shanghai. Kampanye yang mengambil idenya dari London itu mendorong lebih banyak produk yang dihasilkan di Shanghai didesain pula oleh orang Shanghai.
Negara memang harus selalu menaikkan kelasnya. Dari Made in China kini Design by China. Kampanye tersebut mengharuskan mereka yang ingin membuat produknya di China mengalokasikan sekian persen produknya dibuat oleh desainer, kreator, inovator China.
Sebuah alasan yang sejalan dengan visi Alibaba menciptakan gelombang kreator atau inovator di negaranya. Dari negara yang mampu membuat segalanya di China, sekarang beranjak ke mampu membuat produk internasional yang desainnya juga oleh China.
Bayangkan skalanya ke depan. Jenama mana yang tidak berbisnis di China. Desain oleh China pasti memberikan tambahan pendapatan ke negara, tidak hanya dari barang-barang di Made in China.
Yoris pun menekankan level kreativitas jadi sangat penting untuk terus ditingkatkan. Barang yang biasa-biasa saja pasalnya hanya sebatas menjadi komoditas. Sedangkan kreativitas akan menambah skala produk. Produk dengan skala yang lebih besar tentu pada akhirnya bisa menaikkan jumlah pendapatan negara.
Untuk bisa memiliki jumlah kreator muda yang banyak memang tidak mudah. Di Taobao Maker Festival tahun ini ada 100 ribu partisipan yang mendaftar. Bayangkan, 100 ribu. Jumlah yang sangat banyak. Tapi ingat, penduduk China jumlahnya 1 miliar orang. Dari semua partisipan yang mendaftar hanya 400 kreator yang terpilih ikut pameran.
Di Indonesia acara serupa sebenarnya banyak. Yoris mengatakan namun belum banyak yang menyadari dampak panjangnya bagi negara. Yoris menggarisbawahi dampak karena di Taobao Maker Festival para kreator hanya mengisi lapak untuk pameran produknya. Tidak ada barang yang bisa dibeli di sana, kecuali sejumlah produk makanan.
Jika pengunjung menyukai produk yang dilihatnya mereka bisa memindai kode QR dari produk lalu membelinya secara daring. Barang nanti akan diantar ke rumah lewat jasa layanan antar milik Alibaba. Pembayarannya juga secara daring melalui akun pembayaran digital Alipay.
Dari pameran akan muncul interaksi langsung dengan pengunjung, bahkan kompetitor. Di situ kreator berkesempatan mendengar masukan hingga kritikan. Sampai kesempatan didengarkan ceritanya oleh pengunjung. Jalinan antara produsen dan konsumen tercipta.
“Di Indonesia masih banyak seremonial. Yang penting sudah bikin,” kata Yoris.
Pendiri OMG Consulting itu namun optimistis Indonesia bisa semaju China dalam urusan kreativitas. Inisiatif Presiden Joko Widodo yang banyak mengenakan barang lokal sudah memberi pesan kuat untuk memajukan produk buatan dalam negeri.
Yoris mengingatkan, kreator dari generasi milenial Indonesia seharusnya bisa cepat majunya bila ia memanfaatkan dunia digital untuk membantunya berkarya. Saat ini kondisinya di Indonesia memang belum mudah.
Kalau di China, ibaratnya Anda mau membuat robot maka sudah ada pabrik yang bisa membantu Anda mewujudkan desain robot Anda. Di Indonesia seorang kreator bisa jadi masih kesulitan mencari manufaktur yang bisa membantunya membuat robot.
Indonesia tapi bisa belajar. Pemerintah bisa membantu membuat regulasi dan fasilitas yang memudahkan kreator. Misalnya regulasi perbankan agar kreator bisa mendapatkan pinjaman uang untuk mendaftarkan patennya. Sampai membantu kreator terhubung dengan penyedia produk yang dibutuhkan untuk mewujudkan desainnya.
“Thailand itu punya pusat buat kreator yang ingin tahu di mana dia bisa dapat spare part robot misalnya. Kalau punya hotel, di mana dia bisa dapat kontak produsen lantai yang unik misalnya,” terang Yoris.
Kreator tidak bisa berjalan sendiri. Ekosistemnya perlu diciptakan. Ia butuh bantuan untuk mewujudkan karyanya. Negara juga butuh lebih banyak kreator untuk sampai ke level berhasil secara komersial.
*Penulis adalah jurnalis di Republika.co.id