Sabtu 07 Jul 2018 09:44 WIB

Suporter Jepang, Penduduk Quba, dan Kekaguman Rasululah

Kota-kota di Indonesia pada umumnya mengalami kenaikan produksi sampah.

Agung Sasongko
Foto: Dok. Pribadi
Agung Sasongko

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Agung Sasongko*

Satu hal menarik tergambar dalam perhelatan Piala Dunia 2018 di Rusia. Event ini bak magnet, sehingga segala hal berbau Piala Dunia menjadi daya Tarik. Mulai urusan dukung-mendukung negara peserta hingga meme di sosial media.

Tapi satu hal yang paling menarik, yakni kompaknya supporter Jepang membersihkan stadion tempat tim kesayangan mereka unjuk gigi. Kalah atau menang urusan belakangan, yang penting usai pertandingan stadion bersih seperti semula. Cakep.

Aksi bersih suporter Jepang bukanlah yang pertama. Pada ajang piala dunia di Brasil tahun 2014 usai kalah dari Pantai Gading mereka juga melakukan pembersihan area stadion. Aksi ini pun menua pujian. Bahkan jadi bahasan para pundit sepak bola.

Penduduk negeri sakura memang doyan bersih-bersih. Tak heran, segala sudut kota negeri itu bersih. Tidak perlu segala mengandalkan jasa pasukan kuning, masyarakat Jepang selalu memastikan bahwa semuanya benar-benar bersih.

Bagaimana dengan kita? Harus kita akui, salah satu masalah akut di negeri kita adalah kebersihan. Buang puntung rokok sembarangan, buang sampah sembarangan, buang plastik sembarangan, bahkan buang kotoran manusia pun juga sembarangan. Padahal, yang sembarangan itu biasanya dilakukan oleh binatang.

Tak terhitung, betapa banyak sungai yang tadinya jernih mendadak penuh bau dan jijik. Belum lagi, ketika ada satu lokasi kosong lalu kemudian ada satu sampah digeletakan. Sepekan kemudian, lokasi tersebut sudah penuh dengan sampah. Ini masalah serius.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pada 2016, produksi sampah per hari tertinggi berada di Pulau Jawa, khususnya Surabaya. Pada 2015, produksi sampah di Surabaya sebesar 9.475,21 meter kubik dan meningkat menjadi 9.710,61 meter kubik di 2016.

Wilayah lain di luar Pulau Jawa yang produksinya tinggi adalah Kota Mamuju, yaitu 7.383 meter kubik dan Kota Makassar, sebesar 5.931,4 meter kubik pada 2016. Dari pemantauan Statistik Lingkungan Hidup pada 2010 hingga 2016, ditemukan bahwa kota-kota di Indonesia pada umumnya mengalami kenaikan produksi sampah.

Kabar buruknya, penanganan sampah di negara ini sangat memprihatinkan. Pengembangan metode pengolahan seolah mandek. Ujung-ujungnya, saling tuding. Ini yang repot.

Ketua Yayasan Dinamika Umat, Ustaz Hasan Basri Tanjung, dalam tulisannya yang dimuat Republika.co.id, menjelaskan Allah menyuruh Muslim untuk bersih karena jika Muslim membersihkan diri, maka umat Islam dapat beribadah dan dekat dengan Allah Yang Maha Bersih.

Dosen UNIDA Bogor ini menunjukkan hampir semua buku fikih Islam diawali dengan pembahasan thaharah atau membersihkan diri. Memperlihatkan betapa pentingnya kebersihan dalam agama Islam. Kebersihan Muslim yang diperintahkan adalah kebersihan secara lahir dan batin.

Paling mudah, lanjutnya, tentu adalah kebersihan lahiriah yang tampak parameternya.  Kebersihan lahiriah juga termasuk bersihnya lingkungan, selain tubuh Muslim itu sendiri.

SDIT dan SMPIT Dinamika Umat, tempat Ustaz Tanjung mengabdi pun sejak dini telah mengenakan pentingnya kebersihan. Begitu pentingnya, hingga sekolah ini tak menggunakan jasa pembersih sekolah. Setiap murid wajib menjaga kebersihan lingkungan sekolah. Jadi, ketika sudah terbiasa, para murid akan dengan nikmatnya menjaga kebersihan sekolah, demikian Ustaz Tanjung menjelaskan.

Imam Ghazali dalam kitab monumentalnya, Ihya Ulumuddin menjelaskan bahwa kebersihan tidak sebatas berkaitan keindahan lahiriah dengan membersihkan, menyiram dan membasuhkan air pada anggota-anggota tubuh. Tetapi juga menyatukan dengan pembersihan aspek batiniah dengan menjauhi kemaksiatan maupun bentuk dosa lainnya

Penduduk Quba, Madinah dikenal suka membersihkan diri. Mereka masuk Islam, sebelum Nabi Muhammad SAW hijrah ke Madinah. Nabi SAW bertanya kepada masyarakat suku Bani Amr bin Auf. ''Aktivitas khusus apa yang kalian lakukan sehingga Allah SWT mencintai dan menyebut kalian sebagai orang-orang yang sangat bersih dan suci?''

Mereka menjawab, ''Wahai Nabi tersayang, tidak ada yang khusus dari kami kecuali setelah himbauan untuk bersuci, kami tidak hanya menggunakan batu untuk membersihkan diri, akan tetapi kami juga mandi dengan air sebersih mungkin.'' Nabi SAW mengatakan, ''Pantas saja, kalian menerima penghormatan ini dari Allah SWT karena aktivitas kalian ini. Jadikanlah itu sebagai kebiasaan tetap.''

Intinya, ketika diri sudah bersih. Kebersihan inilah yang akan menular kepada masyarakat. Pada akhirnya, negeri tempat kita berteduh menjadi bersih. Tak perlu lagi sosialisasi apalagi perlu ada aturan khusus yang intinya mengancam denga hukuman kalua tidak hidup bersih.

Karenanya, penulis mengajak pembaca untuk memulai hidup bersih. Mulai dari kebersihan diri pribadi. Semoga Allah SWT memudahkan niatan kita untuk menjadi bersih. Wallahualam bi shawab

 

*) Penulis adalah redaktur Republika.co.id

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement