REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Fernan Rahadi
"Financial Fair Play melukai Italia. Kini, tidak ada lagi patron-patron yang bisa mengintervensi. Sampai sekarang orang-orang seperti (Silvio) Berlusconi dan (Massimo) Moratti bisa menyokong kami. Namun dengan aturan ini hal seperti itu tak dimungkinkan lagi."
Pernyataan tersebut diungkapkan CEO AC Milan, Adriano Galliani, lebih dari dua tahun lalu, tepatnya pada medio September 2012. Ia merujuk pada pemberlakuan aturan Financial Fair Play (FFP) yang mulai diberlakukan UEFA pada musim 2011/2012.
Pernyataan pria yang kerap dijuluki Transfer Guru itu kini terbukti. Musim 2010/2011 menjadi terakhir kalinya klub berjuluk I Rossoneri itu meraih gelar. Usai merebut Scudetto dari tangan Inter Milan pada tahun itu, prestasi klub itu anjlok perlahan-lahan.
Semusim setelahnya, Milan masih bisa bersaing dengan Juventus pada perebutan Scudetto dan menembus babak perempat final Liga Champions. Akan tetapi musim 2012/2013 Milan mulai tampak terseok-seok usai terpaksa menjual bintang-bintangnya, di antaranya Zlatan Ibrahimovic dan Thiago Silva. Puncaknya terjadi pada musim lalu usai untuk pertama kalinya sejak tahun 1997 Il Diavolo Rosso gagal lolos ke kompetisi Eropa setelah finis di peringkat delapan kompetisi Seri A.
Awal musim ini, Milan berusaha mengusung optimisme tinggi dengan menggaet pelatih yang merupakan eks striker pujaan fans Milan, Filippo Inzaghi. Namun ketiadaan dana untuk membeli pemain-pemain bintang memaksa klub tersebut mengeluarkan kebijakan zero transfer policy.
Sejumlah pemain berlabel bintang mampu didatangkan tanpa mengeluarkan uang sepeser pun, di antaranya Jeremy Menez, Alex, Diego Lopez, Fernando Torres, dan terakhir Alessio Cerci. Tercatat, pemain termahal yang didatangkan Milan musim ini adalah Giacomo Bonaventura (7 juta euro).
Namun kebijakan tersebut tak berjalan baik. Meskipun mengawali musim dengan dua kemenangan dan sempat menduduki capolista, Milan tak mampu menjaga konsistensi performa. Pada paruh musim saat ini, skuat Inzaghi hanya berada di posisi kedelapan, tertinggal 20 poin dari Juventus di puncak klasemen.
Isu penjualan Milan pun kembali menyeruak. Kali ini rumor tersebut lebih kencang daripada tahun lalu dan membuat Milan langsung buru-buru memuat pernyataan resmi pemilik klub. Silvio Berlusconi, pada laman resmi Milan menegaskan klub yang berdiri tahun 1899 itu not for sale.
Namun penjualan bus tim baru-baru ini, yang menjadi obyek ejekan di media-media sosial, menjadi bukti bahwa peraih tujuh gelar Liga Champions itu tengah berada dalam krisis finansial. Ditambah lagi keluhan Berlusconi yang menyatakan klubnya tersebut akan kehilangan uang 60-70 juta euro jika tak berpartisipasi di Liga Champions musim depan.
Melihat langkah-langkah yang telah diambil para klub rival seharusnya sudah menjadi tanda bagi Berlusconi menjual klub yang dimilikinya sejak tahun 1986 tersebut. Moratti telah menjual Inter Milan ke pengusaha Indonesia, Erick Thohir, pada tahun 2013. Sedangkan keluarga Sensi telah mengakhiri menyerahkan kepemilikan AS Roma pada pengusaha asal Amerika Serikat, Thomas Richard DiBenedetto, dua tahun sebelumnya.
Aturan FFP memang tak lagi bisa membuat orang-orang kaya Italia macam Berlusconi, Moratti, dan Sensi dengan mudah mengucurkan dana segar pada klub-klub binaannya. Regulasi tersebut mengharuskan semua klub yang berada di bawah naungan UEFA sehat secara finansial. Gampangnya, sebuah klub tidak boleh lebih besar pengeluaran daripada pendapatan.
Milan yang selama bertahun-tahun, termasuk pada masa kejayaannya di era 90-an dan awal 2000, selalu bergantung pada Berlusconi, kini dituntut untuk meraup keuntungan. Padahal dalam beberapa musim terakhir, klub yang pernah dijuluki the Dream Team itu selalu masuk lima besar di antara klub-klub paling merugi di Italia.
Tahun ini seharusnya menjadi waktu yang tepat untuk Berlusconi menjual Milan. Sebagus apapun pelatihnya jika sebuah klub tak memiliki skuat mumpuni maka prestasi bakal sulit diraih. Alih-alih meraih Scudetto, melihat tim kesayangannya lolos ke Liga Champions saja tampaknya hanya akan jadi mimpi para fans Milan di seluruh dunia.
Jika sudah begini, sebuah pepatah Italia tampaknya cocok untuk direnungkan Berlusconi. Chi si pasce di speranza, fa la fresca danza (Ia yang hanya hidup bersandarkan harapan akan berakhir mati kelaparan).
*Penulis bisa disapa di Twitter: @fernanrahadi