Oleh IMAM NUR SUHARNO; Kepala Divisi Humas dan Dakwah Pesantren Husnul Khotimah, Kuningan, Jawa Barat
REPUBLIKA.CO.ID, Hujan yang pada awalnya menjadi sumber air dan pembawa rahmat (QS al-Anam [6]: 99), tiba-tiba berubah menjadi banjir bandang yang memusnahkan (QS al-Baqarah [2]: 59). Angin yang awalnya berperan dalam proses penyerbukan tumbuhan (QS al-Kahfi [18]: 45) dan mendistribusi awan (QS Al-Baqarah [2]: 164), tiba-tiba berubah menjadi puting beliung yang meluluhlantahkan (QS Fushshilat [41]: 16).
Laut yang awalnya jinak (QS al-Hajj [22]: 65), tiba-tiba berubah menjadi tsunami yang menggulung apa saja yang dilaluinya (QS at-Takwir [81]: 6). Itulah yang sedang terjadi. Silih bergantinya sejumlah bencana alam yang terjadi tidak dapat dilepaskan dari pola interaksi antara manusia dengan lingkungannya. Manusia mengeksploitasi alam secara membabi buta (berlebihan). Itulah di antara bentuk perilaku manusia yang memicu munculnya berbagai bencana alam.
Bagaimana Islam berbicara tentang lingkungan? Islam sangat konsen terhadap persoalan lingkungan, karena pelestarian lingkungan merupakan bagian dari misinya. Artinya, Islam datang untuk menyelamatkan umat manusia dari kesengsaraan dan untuk mewujudkan kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat, fiddunya hasanah wa fil-akhirati hasanah (QS al-Baqarah [2]: 201).
Islam mengajarkan kepada umatnya untuk berbuat baik kepada alam, baik kepada lingkungan, binatang, maupun tumbuhan. Islam adalah agama yang ramah terhadap lingkungan. Agama yang dengan jelas mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhan (hablum minallah), manusia dengan manusia (hablum minannas), dan manusia dengan alam (hablum minal alam).
Hubungan manusia dengan Tuhannya dalam bentuk penghambaan, ketundukan, dan kepatuhan terhadap semua hal yang menjadi ketentuan-Nya. Hubungan antarsesama manusia dalam hal bekerja sama dalam kebaikan dan memberikan manfaat untuk semua.
Hubungan manusia dengan alam menurut ajaran Islam merupakan hubungan yang dibingkai dengan konsep hukum yang sama-sama patuh dan tunduk kepada-Nya. Dalam konsep ini manusia memperoleh konsesi dari Maha Pencipta untuk memperlakukan alam semesta dengan Rahmatan lil alamin.