Selasa 11 Nov 2025 08:58 WIB

Arti Pahlawan Masa Kini: Refleksi Hari Pahlawan Bingkai Pancasila dan Semangat Bung Karno

Arti pahlawan masa kini lebih luas tak terbatas perlawanan fisik.

Presiden Prabowo Subianto memberikan selamat kepada keluarga almarhum Presiden ke-2 RI Soeharto, Bambang Trihatmodjo dan Siti Hardiyanti Hastuti Rukmana seusai pemberian gelar pahlawan nasional di Istana Negara, Jakarta, Senin (10/11/2025). Presiden ke-2 RI Soeharto resmi mendapatkan gelar pahlawan nasional. Prosesi digelar bertepatan dengan Hari Pahlawan Nasional. Gelar pahlawan nasional diberikan sesuai dengan Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 116/TK Tahun 2025 tentang Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional.
Foto: Edwin Putranto/Republika
Presiden Prabowo Subianto memberikan selamat kepada keluarga almarhum Presiden ke-2 RI Soeharto, Bambang Trihatmodjo dan Siti Hardiyanti Hastuti Rukmana seusai pemberian gelar pahlawan nasional di Istana Negara, Jakarta, Senin (10/11/2025). Presiden ke-2 RI Soeharto resmi mendapatkan gelar pahlawan nasional. Prosesi digelar bertepatan dengan Hari Pahlawan Nasional. Gelar pahlawan nasional diberikan sesuai dengan Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 116/TK Tahun 2025 tentang Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional.

Oleh : Dr I Wayan Sudirta, SH, MH, anggota Komisi III DPR RI Fraksi PDI-Perjuangan dan Alumni FH Universitas Brawijaya

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Hari Pahlawan berakar kuat pada Pertempuran Surabaya 10 November 1945, yang merupakan episentrum pembuktian de facto atas kedaulatan yang baru diproklamasikan pada 17 Agustus 1945.

Kedaulatan de jure Indonesia segera diuji oleh kekuatan asing (Sekutu dan NICA) melalui ultimatum yang menuntut penyerahan kedaulatan rakyat dan pelucutan senjata.

Baca Juga

Penolakan heroik rakyat Surabaya terhadap tuntutan ini menjadi manifestasi tertinggi dari Bela Negara dan perwujudan nyata cita-cita luhur Pembukaan UUD NRI 1945 untuk melindungi segenap tumpah darah Indonesia, sekaligus mendelegitimasi upaya asing untuk mengembalikan penjajahan.

Peristiwa ini sejalan dengan pemikiran Soekarno mengenai semangat perjuangan, ia memandang pahlawan adalah mereka yang berjuang melawan kehinaan dan menekankan bahwa kemerdekaan adalah "Jembatan Emas menuju pembangunan" yang harus dipertahankan.

Semangat 10 November adalah pengejawantahan dari seruannya "Jas Merah" (Jangan sekali-kali meninggalkan sejarah) dan menjadi pengingat bahwa komitmen abadi kita adalah menjaga cita-cita konstitusi.

Oleh karena itu, Hari Pahlawan menuntut kita untuk menjadi pahlawan masa kini dengan mengisi kemerdekaan melalui pembangunan karakter dan intelektual, sesuai pesan Soekarno: "perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri.”

Respons rakyat Surabaya, yang dikenal dengan julukan "Arek-Arek Suroboyo," adalah penolakan tegas, berani, dan tanpa kompromi. Perlawanan ini dipicu oleh gugurnya Jenderal AWS Mallaby, dan mencapai titik didihnya pada tanggal 10 November.

Dalam pertempuran yang digambarkan sebagai "Neraka Dunia" saking dahsyatnya, rakyat sipil, pejuang, hingga tokoh ulama, bersatu padu menghadapi gempuran militer modern.

Peristiwa 10 November adalah validasi historis bahwa kemerdekaan Indonesia bukanlah anugerah atau hadiah dari pihak asing, melainkan hasil dari tetesan darah, air mata, dan nyala api semangat juang yang menyala di dada setiap anak bangsa. Aksi ini merupakan penjelmaan dari self-determination, sebuah keberanian kolektif untuk menyatakan: Lebih baik hancur daripada dijajah kembali.

Sementara secara filosofis, Pertempuran Surabaya 10 November 1945 adalah manifestasi dari revolusi mental dan kedaulatan jiwa. Sebelum peristiwa itu, kolonialisme telah menancapkan mentalitas inferior dan rasa takut di benak masyarakat.

Peristiwa 10 November menghancurkan belenggu mental itu. Melalui peristiwa 10 November rakyat menolak takdir bahwa mereka harus kembali menjadi bangsa yang terjajah. Ini adalah pernyataan filosofis tentang kebebasan sejati (freedom) dan hak untuk menentukan nasib sendiri (self-reliance).

photo
Presiden Prabowo Subianto (tengah) didampingi Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka (kiri) dan Menteri Sosial Saifullah Yusuf (kanan) memimpin Upacara Ziarah Nasional dan Renungan Suci Hari Pahlawan 2025 di Taman Makam Pahlawan Nasional Utama Kalibata, Jakarta, Ahad (9/11/2025). Kegiatan yang digelar sebagai rangkaian peringatan Hari Pahlawan 2025 tersebut mengusung tema Pahlawanku Teladanku, Terus Bergerak, Melanjutkan Perjuangan. - (ANTARA FOTO/Galih Pradipta)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement