
Oleh : KH Mukti Ali Qusyairi, alumni Pesantren Lirboyo
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Guru kami, kiai kami, Romo KH Anwar Mansur tiba-tiba di-framing keji oleh Trans 7. Respons keras, protes dan boikot menyeruak membahana tak terbendung.
Para alumni Lirboyo yang jumlahnya jutaan orang tersebar di seluruh Indonesia bergerak merapatkan barisan untuk meminta pertanggungjawaban Trans 7. Seluruh alumni pesantren, simpatisan dan masyarakat umum juga turut bergabung dalam gelombang protes kepada Trans7.
Di sini saya akan menyampaikan tiga poin penting untuk diketahui oleh publik luas.
Pertama, kesaksian singkat
Selama sembilan tahun saya mesantren di Lirboyo, Romo KH Anwar Mansur adalah kiai yang tiada hari tanpa mengaji kitab. Hampir seluruh waktunya untuk mengaji kitab.
Dari kitab kecil sampai kitab besar. Sisa waktunya untuk menerima tamu dan santri serta mengurus pesantren putri Mubtadiat dan tentu juga pesantren putra Mubtadiin.
Setiap menjelang Ramadhan pada bulan libur pesantren, Romo KH Anwar Mansur membuka pengajian Ramadhan atau yang biasa disebut pengajian pasaran.
Beliau mengaji kitab kuning dari pukul 6.00 pagi sampai pukul 00.00 dini hari. Istirahatnya hanya pada saat shalat dan buka puasa.
