Sabtu 06 Sep 2025 19:00 WIB

Menimbang Proporsional Semi Tertutup dan Pembatasan Periodesasi

Pemilu berubah jadi arena kapital.

Warga memasukan surat suara ke kotak suara. (Ilustrasi)
Foto: Republika/Raisan Al Farisi
Warga memasukan surat suara ke kotak suara. (Ilustrasi)

Oleh : Maulana Taslam, Ketua DPP Kamsri Bidang Politik dan Keamanan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-Kualitas parlemen hari ini sudah di titik nadir. Mayoritas anggota DPR RI bukan lahir dari proses kaderisasi panjang atau perjuangan politik yang bermakna, tapi dari modal keturunan, konglomerasi, dan popularitas semu.

Senayan kini lebih mirip panggung hiburan ketimbang arena perjuangan rakyat. Anak pejabat, artis, dan figur instan melenggang dengan mudah, sementara aktivis-aktivis yang berdarah-darah di lapangan justru terpinggirkan.

Baca Juga

Sistem proporsional terbuka yang katanya memberi ruang rakyat untuk memilih langsung wakilnya, ternyata justru menjerumuskan politik ke logika pasar bebas.

Pemilu berubah jadi arena kapital. Uang dan ketenaran jadi tiket utama, sementara kapasitas intelektual, integritas moral, dan keberpihakan pada rakyat terpinggirkan.

Inilah wajah demokrasi kita hari ini: demokrasi berbiaya mahal, penuh pragmatisme, dan melahirkan parlemen yang rapuh.

Belum lagi adegan memalukan yang dipertontonkan sebagian anggota DPR: berjoget-joget di tengah sidang paripurna.

Sebuah simbol betapa rendahnya kepekaan mereka. Di tengah rakyat dicekik harga kebutuhan pokok, di tengah pengangguran dan kesenjangan sosial yang kian lebar, wakil rakyat justru menari-nari seolah tidak ada apa-apa.

Itu bukan hanya pelecehan terhadap martabat parlemen, tapi juga tamparan keras ke wajah rakyat. Tidak heran bila akhirnya kemarahan publik meledak, menjelma menjadi gelombang demonstrasi besar-besaran.

photo
Perolehan kursi DPR RI Pemilu 2024. - (Republika)

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement