
Oleh : Dani Lukman Hakim*
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketegangan antara Iran dan Israel yang memuncak sejak awal 2025 bukan hanya menjadi krisis geopolitik yang menyita perhatian dunia, tetapi juga menimbulkan efek domino yang mulai terasa di sektor yang sering sekali terabaikan, yaitu isu pangan. Meski letaknya ribuan kilometer dari Indonesia, konflik ini telah berdampak serius terhadap pasokan dan harga komoditas pertanian global seperti beras, teh, pupuk, hingga minyak nabati. Di balik gempuran rudal dan pernyataan politik, diam-diam dapur dunia ikut bergetar.
Salah satu komoditas yang paling terdampak adalah beras basmati asal India. Iran selama ini menjadi salah satu importir utama beras jenis ini, yang terkenal karena bentuknya yang panjang dan aroma khasnya. Namun akibat meningkatnya risiko keamanan di kawasan Teluk, lebih dari 100.000 ton beras basmati tertahan di pelabuhan India. Premi asuransi pengapalan melonjak hingga 20 persen, membuat eksportir berpikir ulang untuk mengirim barang ke wilayah konflik. Padahal, pada tahun fiskal 2024–2025, total ekspor beras basmati India ke Iran mencapai 855.000 ton dengan nilai perdagangan lebih dari ₹6.374 crore setara dengan USD 744,3 juta atau sekitar Rp12 triliun.
Gangguan ini bukan hanya membuat harga beras menjadi fluktuatif, tetapi juga mendorong eksportir India mencari pasar alternatif, termasuk ke Pakistan melalui skema barter.
Tak hanya beras, ekspor teh India ke Iran juga mengalami nasib serupa. Iran adalah konsumen teh terbesar kedua bagi India setelah Rusia. Ribuan ton teh yang seharusnya dikirim dari pelabuhan Mumbai dan Kolkata kini menumpuk tanpa kepastian. Bagi petani teh di Assam dan Darjeeling, ini adalah kabar buruk. Produksi terus berjalan, tetapi tidak ada pembeli. Jika kondisi ini terus berlanjut, dampaknya bukan hanya pada pendapatan petani, tetapi juga pada keberlangsungan industri teh kecil dan menengah.
Konflik juga mempengaruhi sektor lain yang tak kalah penting: pupuk dan energi. Beberapa pabrik urea di Iran, salah satu produsen utama pupuk nitrogen di kawasan Timur Tengah terpaksa menghentikan operasionalnya akibat serangan militer. Akibatnya, harga pupuk di pasar global mulai naik, terutama bagi negara-negara berkembang yang sangat bergantung pada impor pupuk. Di saat bersamaan, gangguan pengiriman energi melalui Selat Hormuz, jalur strategis yang dilalui sepertiga pasokan minyak dunia telah mendorong harga minyak melonjak.