Jumat 06 Jun 2025 11:43 WIB

Ajaran Islam Qana'ah Menginspirasi Gerakan No Buy Challenge

Qana'ah buat setiap orang merasa cukup, sehingga menguatkan no buy no challenge.

Ilustrasi qana'ah, merasa cukup.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Ilustrasi qana'ah, merasa cukup.

Oleh: Muliadi Saleh

Penulis | Pemikir | Penggerak Literasi dan Kebudayaan

Baca Juga

"Menulis untuk Menginspirasi, Mencerahkan, dan Menggerakkan Peradaban"

 

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di tengah kehidupan modern yang bising oleh iklan dan dikte gaya hidup, sebuah gerakan sunyi merebak perlahan namun kuat. Ia bukan revolusi politik, bukan pula tren viral penuh sensasi. Ia adalah tantangan untuk tidak membeli apa-apa. Bukan karena tak punya uang, tapi karena ingin berjarak dari jebakan hasrat yang tak pernah puas.

Itulah No Buy Challenge—gerakan sadar dan hemat, menahan diri dari membeli barang non-esensial dalam kurun waktu tertentu. Ini bukan sekadar penghematan finansial, melainkan latihan kesadaran, perlawanan terhadap gaya hidup boros, dan kepedulian pada bumi dari ekses konsumsi dan limbah.

Menariknya, nilai yang dikampanyekan gerakan ini merupakan cermin dari konsep spiritual Islam: qana’ah. Dalam bahasa Arab, qana’ah berasal dari “qana’a–yaqna’u”, yang berarti merasa cukup, ridha, dan bersyukur atas apa yang Allah berikan. Ini bukan kepasrahan pasif, melainkan pengendalian batin terhadap godaan dunia.

Rasulullah SAW bersabda:

"Sungguh beruntung orang yang masuk Islam, diberi rezeki yang cukup, dan Allah menjadikannya qanaah terhadap apa yang diberikan kepadanya."

(HR. Muslim)

Sabda ini seolah menjadi peta jalan bagi jiwa modern yang letih. Di saat dunia sibuk menumpuk merek dan kemewahan, Islam menekankan kekayaan hati. Bukan jumlah harta yang menentukan bahagia, tapi kemampuan mensyukuri. Qana’ah adalah pelita hati di tengah gelapnya kerakusan. Ia seni hidup yang bisa dilatih: merasa cukup, bukan karena punya segalanya, tapi karena tak lagi dikuasai keinginan.

Gerakan No Buy Challenge yang mendorong tidak membeli barang selama sebulan, tiga bulan, bahkan setahun, sejatinya adalah revolusi batin. Bukan soal pelit, tapi tentang hidup lebih sadar dan terarah. Rasulullah sendiri hidup sangat sederhana, meski beliau mampu mendapatkan dunia.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement