Jumat 02 May 2025 12:30 WIB

Membawa Bulog Muliakan Petani Bangsa Sendiri

Mentan Andi Amran Sulaiman memastikan Bulog turun langsung ke sawah.

Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman (kanan) menunjukkan padi saat kunjungannya di Kutawaringin, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.
Foto: REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman (kanan) menunjukkan padi saat kunjungannya di Kutawaringin, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.

Oleh : Moch Arief Cahyono.
Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Informasi Kementan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perum Bulog, yang berdiri sejak 1967, telah lama menjadi pilar ketahanan pangan Indonesia. Pada 2025, di bawah ketegasan Presiden Prabowo Subianto dan orkestrasi Mentan Andi Amran Sulaiman, Bulog menunjukkan transformasi luar biasa. Kini, Bulog bukan lagi kepanjangan tangan petani asing, melainkan memuliakan petani bangsa sendiri dengan menjadikan mereka prioritas utama. Bulog menjadi simbol Merah Putih sejati, membawa harapan baru bagi pertanian nasional.

Saat didirikan pada 1967, penduduk Indonesia berjumlah 107,6 juta jiwa, dengan produksi beras domestik hanya sekitar 12 juta ton per tahun—jauh dari cukup untuk memenuhi kebutuhan. Bulog kala itu lebih sering menjadi kepanjangan tangan petani asing, mengimpor lebih dari 1 juta ton beras per tahun pada akhir 1960-an hingga 1970-an dari Thailand dan Vietnam. Petani lokal belum menjadi prioritas; Bulog hanya menunggu di gudang, menampung beras impor untuk cadangan nasional. Tren ini berlanjut pada 1990-an hingga 2010-an, ketika penduduk melonjak dari 179,4 juta jiwa (1990) menjadi 241,8 juta jiwa (2010). Impor menjadi solusi utama, terutama saat krisis 1998, ketika Bulog mengimpor 3 juta ton beras, sementara petani lokal kesulitan menjual gabah karena Harga Pembelian Pemerintah (HPP) tidak kompetitif.

Pada 2025, dengan penduduk Indonesia diperkirakan mencapai 278 juta jiwa, Bulog menunjukkan wajah baru berkat ketegasan Presiden Prabowo Subianto, yang dilantik pada Oktober 2024. Presiden Prabowo dengan tegas memerintahkan Bulog untuk membeli gabah petani dengan kualitas apa pun, menjadikan keberpihakan pada petani lokal sebagai prioritas utama pemerintah. “Bulog harus satu napas dengan petani, beli gabah mereka, apapun kualitasnya,” tegas Presiden Prabowo, menunjukkan komitmennya untuk memastikan petani tidak lagi terpinggirkan. Kebijakan ini menjadi dasar utama transformasi Bulog, memberikan kepastian bahwa petani lokal didukung penuh oleh negara.

Di bawah arahan Presiden Prabowo, Mentan Andi Amran Sulaiman, yang menjabat sejak Oktober 2023, berhasil mengorkestrasi Bulog untuk memuliakan petani bangsa sendiri. Mentan dengan pengalaman sebagai akademisi dan pengusaha sukses dari Sulawesi Selatan, membawa napas semangat Merah Putih sejati. Hingga 1 Mei 2025, Bulog telah menyerap 3,4 juta ton beras dari petani lokal tanpa impor sama sekali—langkah bersejarah yang selaras dengan visi Presiden Prabowo. Diperkirakan bahkan pada pertengahan Mei 2025, angka ini akan melampaui 4 juta ton, menegaskan komitmen Bulog untuk memuliakan petani Indonesia.

Mentan Andi Amran Sulaiman memastikan Bulog turun langsung ke sawah sejak awal bertugas sebagai menteri di periode ketiganya. Kala itu pada Maret 2025, Mentan Andi Amran Sulaiman mendorong Bulog Kalimantan Selatan untuk segera menyerap gabah petani yang terpaksa dijual murah ke tengkulak di bawah HPP Rp 6.500 per kg. “Petani menunggu di sawah, Bulog harus jemput bola,” ujar Mentan Andi Amran Sulaiman, mencerminkan kepekaannya. Mentan Andi Amran Sulaiman juga memberikan masukan kepada Presiden Prabowo untuk mengalokasikan anggaran tambahan Rp 16,6 triliun pada Februari 2025 guna penyerapan gabah, membuat stok beras nasional mencapai 3,4 juta ton pada April 2025—tertinggi dalam 23 tahun. Gudang Bulog penuh, bahkan harus menyewa tambahan kapasitas 1,1 juta ton untuk menampung hasil panen petani.

Transformasi ini membawa dampak gemilang. Produksi padi Januari–April 2025 mencapai 24,22 juta ton gabah kering giling (setara 13,95 juta ton beras), tertinggi dalam tujuh tahun. Kerja keras Bulog di lapangan membuat mereka mampu menyerap 1,7 juta ton beras dari Januari hingga April 2025, melampaui rata-rata tahunan 1,2 juta ton dalam dekade terakhir. Dengan HPP yang kompetitif serta kerja sama erat dengan penggilingan padi dan kelompok tani, petani merasakan manfaat nyata—hasil panen mereka terserap dengan harga adil, apapun kualitasnya, sesuai arahan Presiden Prabowo.

Di bawah ketegasan Presiden Prabowo dan orkestrasi Mentan Andi Amran Sulaiman, Bulog kini tidak lagi menjadi kepanjangan tangan petani asing, melainkan memuliakan petani bangsa sendiri, menjadi simbol Merah Putih sejati. Dengan penduduk 278 juta jiwa, langkah ini membawa optimisme besar: Indonesia dapat menuju swasembada pangan yang berkelanjutan. Bulog kini bukan sekadar pengelola stok, tetapi mitra sejati petani, membuktikan bahwa semangat Merah Putih dapat hidup dalam setiap tindakan nyata untuk petani lokal.

Mungkin Bulog belum sempurna, namun jejak langkah saat ini telah membawanya ke jalan yang benar, membimbingnya untuk memuliakan petani bangsa sendiri. Saat ini, Bulog tentu belum bisa diharapkan menyerap semua gabah atau beras petani karena keterbatasannya. Bulog juga berada dalam bayang panen raya jagung yang sudah di depan mata. Tidak mudah tentu, gudang kini penuh, dan Bulog pun perlu mengerahkan segala konsentrasi dan kecerdasan untuk menghadapinya. Namun, dengan semangat kebersamaan yang digagas Presiden Prabowo dan Mentan Andi Amran Sulaiman, Bulog terus melangkah, membuka masa depan cerah bagi pertanian Indonesia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement