Senin 28 Apr 2025 08:53 WIB

Duh! Ekonomi Indonesia Sulit Tumbuh Lima Persen, Apalagi Delapan Persen

Dua lembaga internasional menilai ekonomi Indonesia tumbuh di bawah lima persen.

Presiden Prabowo Subianto menyampaikan pidato dalam sidang paripurna MPR dengan agenda  pelantikan Presiden dan Wakil Presiden periode 2024-2029 di Gedung Nusantara, Kompleks Parlemen, Senayan, Ahad (20/10/2024). Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka resmi menjabat sebagai presiden dan wakil presiden periode 2024-2029 menggantikan presiden dan wakil presiden periode 2019-2024 Joko Widodo dan Maruf Amin.
Foto: Republika/Prayogi
Presiden Prabowo Subianto menyampaikan pidato dalam sidang paripurna MPR dengan agenda pelantikan Presiden dan Wakil Presiden periode 2024-2029 di Gedung Nusantara, Kompleks Parlemen, Senayan, Ahad (20/10/2024). Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka resmi menjabat sebagai presiden dan wakil presiden periode 2024-2029 menggantikan presiden dan wakil presiden periode 2019-2024 Joko Widodo dan Maruf Amin.

REPUBLIKA.CO.ID,

Oleh: Awalil Rizky, Ekonom Bright Institute

Ekonomi Indonesia diprakirakan oleh International Monetary Fund (IMF) hanya bisa tumbuh sebesar 4,65 persen pada 2025. Kemudian perlahan meningkat pada tahun-tahun berikutnya, yaitu: 4,67 persen (2026), 4,85 persen (2027), 4,95 persen (2028), dan 5,11 persen (2029). Proyeksi tersebut disajikan dalam World Economic Outlook (WEO) edisi April 2025.

Proyeksi tersebut jauh lebih rendah dari proyeksi asumsi dasar dalam Nota Keuangan dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun 2025 serta Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2025-2029. Proyeksi RPJMN ditetapkan sebagai berikut: 5,3 persen (2025), 6,3 persen (2026), 7,5 persen (2027), 7,7 persen (2028), dan 8,0 persen (2029).

Prakiraan mengejutkan terutama pada tahun 2025 berjalan ini, yang terutama berdasar asesmen IMF atas kondisi ekonomi global sebulan terakhir. Laju pertumbuhan ekonomi dunia dan hampir seluruh negara diprakirakan melambat. IMF merevisi prakiraan sebelumnya atas ekonomi Indonesia yang sebesar 5,1 persen menjadi 4,7 persen.

Berdasar asesmen yang tak jauh berbeda, Bank Dunia juga merevisi menjadi 4,7 persen. Namun, Bank Dunia masih memproyeksikan kondisi yang sedikit lebih baik dibanding IMF pada tahun berikutnya. Meningkat menjadi 4,8 persen pada 2026 dan 5,0 persen pada 2027.

Data lebih rinci dari WEO IMF yang terkait erat dengan proyeksi pertumbuhan tersebut adalah data total investasi. Porsi total investasi Indonesia atas Produk Domestik Bruto (PDB) hanya 31,18 persen pada 2025, atau turun dari 3,40 persen pada 2024. Pada tahun-tahun berikutnya hingga 2029 hanya sedikit naik, hingga sebesar 31,31 persen pada 2029.

Porsi investasi sebesar itu memang nyaris tidak memungkinkan ekonomi tumbuh di atas 5 persen. Sebagai catatan, porsi investasi atas PDB kisaran 34 persen pada periode pertama Jokowi. Bahkan di masa lampau, sempat lebih dari 40 persen.

Sementara itu, proyeksi Bank Dunia yang disajikan dalam Macro Poverty Outlook 2025 menyajikan rincian pertumbuhan komponen PDB. Pertumbuhan Konsumsi Masyarakat diprakirakan turun dari 5,1 persen pada 2024 menjadi 4,9 persen pada 2025. Kemudian bertahan tumbuh 4,9 persen pada 2026 dan 2027.

Komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) justru meningkat pertumbuhannya dari 4,6 persen pada 2024 menjadi 6,1 persen pada 2025. Masih bisa meningkat lagi menjadi 6,2 persen pada 2026 dan 6,3 persen pada 2027. Dalam hal ini tampak ada perbedaan proyeksi antara Bank Dunia dengan IMF.

Pertumbuhan Konsumsi Pemerintah diprakirakan turun dari 6,6 persen pada 2024 menjadi kontraksi atau minus 2,1 persen pada 2025. Kemudian tumbuh lagi secara perlahan sebesar 0,3 persen pada 2026 dan 0,9 persen pada 2027. Tampaknya Bank Dunia menilai Pemerintah Indonesia memang berniat atau mungkin “terpaksa” menurunkan belanja konsumsinya.

Dalam hal komponen ekspor barang dan jasa diproyeksikan tumbuh melambat pada 2025. Kemudian meningkat pada 2026 dan 2027. Diikuti dengan pola serupa pada komponen impor barang dan jasa. Secara neto diproyeksikan bersifat net ekspor.

Laporan Bank Dunia menyajikan pula indikator pertumbuhan kelompok sektoral, yang terdiri dari pertanian, industri, dan jasa-jasa. Sektor pertanian justeru diprakirakan tumbuh lebih tinggi, dari 0,7 persen pada 2024 menjadi 3,6 persen pada 2025. Namun, kemudian kembali menurun menjadi 3,0 persen pada 2026 dan 2027.

Akan tetapi sektor industri diprakirakan melambat signifikan, dari 5,0 persen pada 2024 menjadi 3,8 persen pada 2025. Kemudian hanya bisa sedikit meningkat menjadi 4,0 persen pada 2026 dan 2027. Kategori industri di sini dalam arti lebih luas dari industri pengolahan saja.

Oleh karena sektor industri memiliki porsi terbesar dalam PDB, maka menjadi penyebab utama perlambatan pertumbuhan ekonomi. Ditambah pertumbuhan sektor jasa yang juga melambat pada 2025 dan 2026.

Secara umum dari proyeksi IMF dan Bank Dunia memberi peringatan sulitnya pemerintahan Prabowo mencapai target pertumbuhan ekonomi delapan persen pada 2029. Bahkan, terdapat tantangan berat untuk bisa tetap tumbuh kisaran lima persen pada 2025 dan 2026.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement