Rabu 09 Apr 2025 08:00 WIB

Mengusulkan 10 April Sebagai Hari Gunung Berapi Internasional

Keberadaan gunung berapi bukanlah suatu kesia-siaan.

Lontaran kolom erupsi dari kawah Gunung Lewotobi Laki-laki tampak dari pos pemantauan PVMBG di Desa Pululera, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, Kamis (7/11/2024).
Foto: ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra
Lontaran kolom erupsi dari kawah Gunung Lewotobi Laki-laki tampak dari pos pemantauan PVMBG di Desa Pululera, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, Kamis (7/11/2024).

Oleh : Agus S Djamil, Direktur Eksekutif Muhammadiyah Climate Center dan Alumnus Stanford University

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- The International Day of Volcano diusulkan para peneliti vulkanologi ke PBB untuk diperingati setiap 10 April. Tanggal itu memperingati peristiwa puncak letusan Gunung Tambora di P. Sumbawa. Meskipun letusan gunung ini berlangsung beberapa bulan sejak 5 April sampai Juli 1815, tetapi menurut observatorium letusan klimaksnya terjadi pada 10 April 1815. Letusan ini dijadikan penanda, time mark.

Letusan Tambora

Baca Juga

Letusan Gunung Tambora adalah salah satu peristiwa kataklismik yang dahsyat dalam sejarah peradaban manusia. Kekuatan letusannya 10 kali lebih dahsyat daripada letusan Krakatau 1883 (VEI 6), dan 100 kali lebih dahsyat daripada letusan Gunung Vesuvius di Italia (VEI 5) pada tahun 79.

Gunung Tambora yang menjulang di ujung utara P. Sumbawa itu sekarang “tidur” tenang. Tahun 1815, letusannya dikategorikan dalam skala VEI 7. Hujan abunya merambah ke seluruh dunia. Abu dan aerosol terbang tinggi ke atmosfer, menghalangi hangat cahaya matahari dan menyebabkan pendinginan global (global cooling) hingga suhu permukaan bumi rerata serta-merta turun 1.9 derajat C pada setahun kemudian.

Global cooling ini berdampak global. Setahun kemudian, 1816, dicatat dalam sejarah sebagai The Year Without Summer. Langit musim panas tetap dingin kelabu. Petani di benua Eropa dan Amerika gagal panen. Kelaparan dan kematian merajalela di Eropa dan Amerika, dan banyak tempat di dunia. Efek global ini berkebalikan dengan apa yang sedang terjadi saat ini, global warming atau pemanasan global yang merambat pelan.

Letusan G. Tambora juga berdampak pada peradaban, ekonomi, politik hingga sastra. Kekalahan Napoleon Bonaparte melawan pasukan Duke of Wellington di Waterloo dikisahkan akibat hujan dan lumpur akibat abu letusan Tambora yang sampai ke Eropa (Dr Genge in Caroline Brogan, 2018). Kereta kuda Napoleon dan para pasukannya terjebak hujan yang menjadikan abu jadi lumpur yang lengket dan menahan gerakan pasukan Inggris. Kemenangan Wellington tadi dikisahkan membawa keuntungan raksasa bagi raja uang Nathan Mayer Rothschild di bursa London, karena dia ikut mengutangi biaya perang sekaligus memborong bond yang jatuh saat kisruh berita siapa pemenang perang.

Hikmah letusan Gunung Tambora yang memusnahkan banyak kuda penarik kereta dan transportasi, mendorong terciptanya sepeda pertama kali di Eropa oleh Baron Van Draise. Sepeda pertama itu dikenal sebagai draisine.

photo
Foto udara panorama kaldera Gunung Tambora di Kabupaten Dompu, NTB. - (ANTARA FOTO/Ahmad Subaidi)

Karya sastra yang kondang seperti novel horor Frankenstein yang menceritakan langit London berwarna merah darah, serta novel Les Misérables yang berkisah tentang ketimpangan ekonomi dan keadilan di Prancis lahir mengabadikan situasi suram dan kelaparan. Penulisnya, Victor Hugo menyebutkan pertempuran Waterloo dan langit gelap, akibat abu letusan Tambora, seolah-menandakan runtuhnya dunia.

Kenapa Perlu Hari Vulkano

Kenapa kita perlu mengingati dan mensyukuri keberadaan Gunung berapi dalam bentuk pengusulan the International Day of Vulcano? Ada tiga alasan. Pertama, untuk mengapresiasi terhadap eksistensi gunung berapi. Ini dijelaskan lebih lengkap di bawah nanti.  

Kedua, kesempatan mengedukasi kepada masyarakat, terutamanya generasi muda tentang Gunung berapi, manfaat dan ancaman bahayanya.  Secara khusus, Indonesia adalah rumah bagi sekitar 130 Gunung berapi, dan 30% dari seluruh Gunung berapi aktif di dunia. Tempat bertanya Dua Rings of Fire, atau cincin API / volcano: Sirkum Pasific dan Sirkum Mediterania. Indonesia adalah negara dengan jumlah gunung berapi aktif terbanyak di dunia.

Ketiga, alasan kesiagaan dan keselamatan. Untuk mengingatkan penduduk setiap tahun, akan selalu adanya ancaman letusan gunung berapi dengan segala akibatnya. Perlu edukasi, latihan, mitigasi, dan kesiagaan setiap saat terhadap ancaman letusan gunung berapi yang dilandasi dengan ilmu pengetahuan, bukan tahayul terhadap makhluk halus penguasa gunung. Letusan gunung berapi bisa terjadi setiap saat. Bahkan gunung yang dianggap sudah “tidur” berpuluh bahkan beratus tahun dapat saja tiba-tiba batuk menyemburkan abu di kepundannya. Atau bahkan melontarkan bom bebatuan dan lava pijar membakar. Menghembuskan awan panas membakar hutan di lerengnya. Atau memuntahkan lahar dingin berupa bubur lumpur, pasir, kerikil dan bongkah boulder. Mengalir deras menerjang penghalang perintang. Napoleon Bonaparte yang berada ratusan ribu kilometer dari G. Tambora saja terdampak, apatah lagi penduduk desa di lereng-lereng gunung berapi kita.

Eksistensi Kehidupan dan Gunung Berapi

Kita perlu mengapresiasi betapa pentingnya gunung berapi (volcano) bagi umat manusia di bumi ini? Volcano berbentuk kerucut (cone) yang simetri. Bukan memanjang dan melipat-lipat sebagai pegunungan yang memanjang berderet seperti pegunungan Himalaya. Berikut beberapa alasan sangat krusial keberadaan gunung berapi.

photo
Sejumlah warga lereng Gunung Merbabu menunaikan Sholat Idul Fitri 1446 H di Jrakah, Selo, Boyolali, Jawa Tengah, Senin (31/3/2025). - (ANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho)

Bumi ini pasti tidak akan ada makanan tanpa adanya gunung berapi. Tumbuhan memerlukan tanah untuk tumbuh. Tanah merupakan hasil pelapukan batuan beku (magma) dan abu vulkanik (ashes) yang dimuntahkan dari perut bumi melalui kepundan gunung berapi. Tanpa tanah dan sedimentasi, kulit bumi hanyalah berupa kerak magma yang keras tanpa bisa ditumbuhi tanaman hijau. Padahal, tumbuhan hijau adalah titik awal tersedianya energi berupa pakan dan pangan bagi hewan dan manusia.

Selain magma yang kaya bahan mineral dan logam, abu vulkanik dari letusan gunung berapi sangat kaya dengan kandungan mineral esensial seperti fosfor, kalium dan magnesium. Setelah melapuk, tanah vulkanik ini menjadi sangat subur. Bahkan tanaman yang tumbuh di tanah vulkanik ini selain tumbuh subur, buahnya ataupun bijinya mempunyai cita rasa aroma yang luar biasa exquisite. Misalnya kopi Arabika Jawa yang tumbuh di lereng G Argopuro ataupun Arabika Gayo di dataran tinggi Gayo dekat bekas G Toba Supervolcano.

Bumi ini juga tidak akan punya simpanan air tawar, tanpa gunung berapi. Air tawar adalah syarat mutlak pendukung kehidupan di bumi. Air hasil penguapan dan menjadi awan, akan dijatuhkan berupa air tawar yang jernih dan suci ke lereng pegunungan sebelum meresap ke tanah dan lapisan-lapisan sedimen hingga tersimpan di lapisan aquifer. Gunung menyediakan bahan baku berupa batuan beku yang lapuk dan terkikis menjadi tanah dan lapisan-lapisan batuan sedimen sebagai filtrasi, sarana transportasi, distribusi dan wadah air tawar nan segar.

Gunung berapi juga menyediakan energi terbarukan yang berkelanjutan berupa Panas Bumi (geothermal), serta sungai dan lembah untuk hydro power (PLTA), dan tanah subur menumbuhkan energi biomass. Indonesia yang kaya gunung berapi, memendam 40 persen potensi panas bumi dunia. Dan saat ini sudah menjadi penyedia listrik dari panas bumi terbesar di dunia dengan utilisasi berkapasitas sekitar 2.378 MW. Ini energi bersih yang tersedia sepanjang kepulauan Indonesia ini.

 

Untuk stabilitas di troposfer sebagai lapisan atmosfer terbawah, seperti yang sudah berulang kali terjadi saat terjadi letusan gunung berapi, abu vulkanik di lapisan langit troposfer menurunkan suhu rerata atmosfer, global cooling. Bumi akan terus memanas tanpa adanya gunung berapi yang mendinginkan bumi secara periodik. Sejarah geologi dalam peradaban manusia, pernah mengalami beberapa kali pendinginan, seperti pendinginan global selama 100 tahun sejak letusan Gunung Samalas (atau Rinjani Purba) tahun 1257. Pendinginan ini dikenal sebagai Mini Ice-Age. 

Munculnya gugusan rantai gunung berapi di gigir lempeng tektonik sepanjang kepulauan nusantara ini juga bermanfaat sebagai “tiang pasak” bumi. Gunung berapi yang berada di ujung penunjaman subduksi lempeng tektonik samudra, menstabilkan dan menyeimbangkan proses pergerakan lempeng tektonik.

Magma yang merangsek naik ke permukaan bumi, melalui pipa/conduit magma, ataupun berupa sill, dike, batholith, satelit volcano, atau bahkan sempurna menjadi gunung dengan kepundannya, mengantarkan isi perut bumi ke permukaan. Panasnya magma menyempurnakan terbentuknya logam-logam mulia, mineral dan sedimen (berupa lempung, pasir, & kerikil) untuk kehidupan dan peradaban manusia. Urat emas dan perak menghiasi urat kuarsa pada tepian batuan magma yang sudah mendingin.

Landskap dan topografi yang indah menawan dari gunung bagai nasi tumpeng menjulang, menghiasi permukaan bumi dengan variasi rupa permukaan bumi. Lebih dari 150 juta penduduk Indonesia berjejalan hidup di kaki-kaki gunung berapi di Pulau Jawa, pulau paling padat gunung berapi di dunia.

Kini kita sadar, bisa mengapresiasi dan bersyukur. Keberadaan gunung berapi bukanlah suatu kesia-siaan. Bukan sekedar penghias lanskap, tetapi sangat penting bagi eksistensi kehidupan manusia di muka bumi ini.

Akhirnya, mari kita berbuat sesuatu.  Saat ini sedang ada petisi untuk menjadikan 10 April sebagai Hari Gunung Berapi Internasional. Masih amat sedikit pendukungnya. Padahal itu berkaitan dengan gunung kita Tambora dan gunung-gunung berapi yang paling banyak terdapat di Indonesia. Ayo itu tandatangani petisi yang diajukan masyarakat  gunung berapi dari luar negeri sana. Masih sangat kecil jumlah pendukungnya. Kita perlu mencapai angka 70,000 penandatangan petisi untuk bisa diterima PBB. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement