Senin 17 Mar 2025 07:16 WIB

Persimpangan Jalan Kebijakan BOJ: Stabilitas Domestik Vs Risiko Global

Kebijakan moneter BOJ memiliki dampak yang signifikan bagi Bank Indonesia.

Truk berbaris untuk memasuki terminal pengiriman Pelabuhan Oakland pada 10 November 2021, di Oakland, California. Presiden Donald Trump pada Kamis (6/3/2025) menangguhkan tarif 25 persen yang dikenakannya minggu ini pada sebagian besar barang dari Kanada dan Meksiko.
Foto: AP Photo/Noah Berger
Truk berbaris untuk memasuki terminal pengiriman Pelabuhan Oakland pada 10 November 2021, di Oakland, California. Presiden Donald Trump pada Kamis (6/3/2025) menangguhkan tarif 25 persen yang dikenakannya minggu ini pada sebagian besar barang dari Kanada dan Meksiko.

REPUBLIKA.CO.ID,

Oleh: Syafruddin Karimi, Departemen Ekonomi Universitas Andalas

Bank of Japan (BOJ) menghadapi dilema besar dalam menentukan arah kebijakan moneternya di tengah ketidakpastian ekonomi global. Di satu sisi, ekonomi domestik menunjukkan tanda-tanda pemulihan dengan meningkatnya upah dan inflasi yang mendekati target dua persen. Di sisi lain, perang dagang yang dipicu oleh kebijakan tarif Presiden Donald Trump mengancam stabilitas pasar global dan memperburuk kondisi ekonomi Jepang yang sangat bergantung pada ekspor (Kihara, 2025). BOJ harus mengambil keputusan yang cermat dalam menjaga keseimbangan antara pertumbuhan domestik dan risiko eksternal yang semakin meningkat.

BOJ dan Tantangan Ekonomi Global

Presiden Donald Trump terus mengganggu stabilitas perdagangan internasional dengan kebijakan proteksionismenya. Tarif tinggi yang ia terapkan terhadap berbagai mitra dagang utama, termasuk Jepang dan Uni Eropa, telah menekan pertumbuhan ekonomi global dan meningkatkan ketidakpastian pasar (Kihara, 2025). Perusahaan-perusahaan multinasional menghadapi kenaikan biaya produksi serta gangguan rantai pasok, yang pada akhirnya menghambat pertumbuhan ekonomi secara luas.

BOJ menyadari ancaman ini dan tetap mempertahankan suku bunga di 0,5 persen pada Maret 2025 untuk menghindari dampak negatif dari ketidakpastian global. Bank sentral terus memantau perkembangan ekonomi global dan mempertimbangkan langkah kebijakan yang tepat guna melindungi stabilitas keuangan Jepang. Jika BOJ menaikkan suku bunga terlalu cepat, sektor ekspor Jepang bisa terpukul oleh berkurangnya permintaan global. Sebaliknya, jika BOJ tidak segera mengambil tindakan, inflasi yang mulai stabil bisa kehilangan momentumnya, menghambat pemulihan ekonomi yang telah lama diperjuangkan.

Dampak Perang Dagang terhadap Jepang

Perang dagang yang dipicu oleh Trump telah memperlambat pertumbuhan ekonomi AS dan mengurangi daya beli konsumen. Ketika tarif meningkat, perusahaan di AS menanggung biaya tambahan, yang akhirnya dibebankan kepada konsumen. Akibatnya, permintaan terhadap produk impor, termasuk barang dari Jepang, menurun. Dampak ini secara langsung memukul industri otomotif, elektronik, dan manufaktur Jepang yang sangat bergantung pada ekspor ke AS (Kihara, 2025).

Jika perang dagang terus meluas, ekonomi Jepang akan menghadapi ancaman serius. BOJ harus segera mengambil langkah strategis untuk memperluas kemitraan dagang dan mencari alternatif pasar ekspor guna mengurangi ketergantungan terhadap AS. Pemerintah Jepang tidak bisa hanya menunggu keputusan dari Washington DC. Mereka harus segera memperkuat kerja sama ekonomi dengan negara-negara lain, termasuk China dan negara-negara di Asia Tenggara, untuk menjaga stabilitas ekonomi dalam jangka panjang.

Pasar Keuangan dan Kebijakan BOJ

Guncangan di pasar saham AS tahun lalu setelah kenaikan suku bunga BOJ masih membayangi para pembuat kebijakan Jepang. Ketika BOJ menaikkan suku bunga pada Januari 2025, pasar keuangan global bereaksi negatif. Indeks utama AS mengalami penurunan tajam akibat kekhawatiran terhadap kebijakan moneter yang lebih ketat. Investor global tetap waspada terhadap kemungkinan kejutan serupa jika BOJ kembali menaikkan suku bunga tanpa mempertimbangkan risiko eksternal (Kihara, 2025).

BOJ harus bertindak hati-hati untuk menjaga stabilitas pasar. Jika mereka gagal mengelola ekspektasi pasar, kepanikan dapat muncul kembali, memperlambat pemulihan ekonomi Jepang dan mengguncang sistem keuangan internasional. Oleh karena itu, BOJ perlu memastikan bahwa kebijakan moneter yang diterapkan tidak hanya berbasis pada data domestik tetapi juga mempertimbangkan dinamika global yang sedang berkembang.

Prospek Kebijakan BOJ di Masa Depan

Jika data domestik tetap kuat dan risiko global mulai mereda, BOJ kemungkinan besar akan menaikkan suku bunga ke 0,75 persen pada Juli 2025. Bank sentral akan terus memantau indikator ekonomi utama, termasuk pertumbuhan upah, inflasi, dan konsumsi domestik, guna memastikan perekonomian Jepang siap menghadapi kebijakan moneter yang lebih ketat (Kihara, 2025). Jika ketegangan perdagangan global mulai berkurang dan stabilitas pasar keuangan kembali terjaga, BOJ memiliki peluang untuk melanjutkan normalisasi suku bunga guna menjaga keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan stabilitas harga.

Sebaliknya, jika ketidakpastian global tetap tinggi dan dampak perang dagang semakin parah, BOJ mungkin harus menunda kenaikan suku bunga untuk menghindari dampak negatif terhadap sektor ekspor dan investasi domestik. Dalam skenario ini, BOJ harus memperkuat komunikasi dengan pasar dan memastikan bahwa setiap keputusan yang diambil tetap transparan serta didukung oleh data ekonomi yang kuat.

Implikasi bagi Kebijakan BI

Kebijakan moneter BOJ memiliki dampak yang signifikan bagi Bank Indonesia (BI), terutama dalam menentukan strategi suku bunga dan stabilitas nilai tukar rupiah. Jika BOJ menaikkan suku bunga lebih lanjut, yen Jepang dapat menguat, yang berpotensi mendorong investor global untuk mengalihkan dananya dari negara berkembang seperti Indonesia ke aset yang lebih aman di Jepang. Hal ini dapat menekan nilai tukar rupiah dan meningkatkan volatilitas pasar keuangan Indonesia.

BI harus mengantisipasi kemungkinan aliran modal keluar dengan menjaga kebijakan moneter yang seimbang. Jika risiko global meningkat akibat kebijakan proteksionisme AS dan ketidakstabilan pasar keuangan Jepang, BI mungkin perlu mempertahankan suku bunga yang kompetitif guna menjaga stabilitas ekonomi domestik. Selain itu, BI harus memperkuat cadangan devisa dan mempererat kerja sama dengan bank sentral lainnya untuk menghadapi gejolak eksternal yang mungkin muncul akibat perubahan kebijakan BOJ.

Selain itu, perang dagang yang memengaruhi Jepang juga dapat berdampak pada ekspor Indonesia, terutama dalam sektor manufaktur dan komoditas. BI dan pemerintah Indonesia harus mendorong diversifikasi pasar ekspor serta meningkatkan daya saing industri domestik guna mengurangi ketergantungan terhadap pasar tradisional seperti Jepang dan AS. Dengan kebijakan yang fleksibel dan berbasis data, Indonesia dapat menghadapi tantangan global dengan lebih baik dan mempertahankan pertumbuhan ekonominya.

Kesimpulan

BOJ berada di persimpangan jalan dalam menentukan arah kebijakan moneternya. Bank sentral harus menjaga keseimbangan antara mendorong pertumbuhan ekonomi domestik dan mengantisipasi risiko eksternal yang terus meningkat. Dengan ketidakpastian yang masih tinggi akibat kebijakan perdagangan AS dan volatilitas pasar global, BOJ harus mengambil langkah yang tepat, berbasis data, dan tetap fleksibel dalam merespons perubahan ekonomi.

Jika BOJ dapat mengelola kebijakan moneternya dengan cermat, Jepang memiliki peluang besar untuk mempertahankan stabilitas ekonominya dan menghadapi tantangan global dengan lebih percaya diri. Investor dan pelaku pasar harus mencermati pernyataan Gubernur Kazuo Ueda dalam konferensi pers pasca-pertemuan, karena kata-katanya akan membentuk ekspektasi pasar dan memengaruhi keputusan investasi dalam waktu dekat. Dengan strategi kebijakan yang terukur dan proaktif, Jepang dapat menghindari dampak buruk dari proteksionisme global serta menjaga momentum pemulihan ekonominya.

Referensi

Kihara, L. (2025, March 14). BOJ to debate economic risks from Trump trade war, rates seen steady. Reuters News. Retrieved from https://www.reuters.com

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement