Kamis 14 Nov 2024 11:37 WIB

Artificial Intelligence, Coding, dan Asa Menggenggam Masa Depan

Coding diharapkan akan membuat generasi muda semakin berdaya saing.

Artificial Intelligence (AI).
Foto: Universitas Bina Sarana Informatika
Artificial Intelligence (AI).

Oleh : Muhammad Muchlas Rowi*

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Usulan Wapres RI ke-14, Gibran Rakabuming Raka agar mata pelajaran pemrograman atau coding dimasukkan ke dalam kurikulum sekolah tingkat dasar dan menengah sangat menarik untuk dicermati dan menjadi catatan penting bagi Mendikdasmen yang baru, Abdul Mu’ti.

Bukan sekedar karena teknologi sedang jadi tren, atau cuma ikut arus digitalisasi global. Kita, meminjam anak-anak zaman now, jangan fomo (fear of missing out) terhadap perkembangan zaman. Seolah gak keren, karena gak ikut arus perubahan. Lalu terjebak menjadi sekedar pengguna atau konsumen saja.

Baca Juga

Lebih dari itu, pemrograman harus dimaknai sebagai bahasa masa depan yang bisa membuka banyak pintu peluang bagi generasi muda Indonesia. Dengan kemampuan coding, peserta didik tidak hanya sekadar belajar bahasa komputer, tetapi juga dilatih untuk berpikir logis, kreatif, dan solutif.

Mereka bisa memiliki kemampuan menyelesaikan masalah kompleks yang mungkin akan mereka hadapi di dunia kerja atau bahkan dalam kehidupan sehari-hari. Coding diharapkan akan membuat generasi muda Indonesia tak sekedar jadi penumpang kereta, namun menjadi masinisnya. Mereka bisa menentukan arah, menambah kecepatan, dan membawa kita semua ke tujuan dengan cepat, aman, dan nyaman.

Bahasa Masa Depan

Mempelajari coding sejak dini juga bisa menjadi modal penting dalam meningkatkan daya saing anak-anak Indonesia di kancah global. Sebuah studi dari World Economic Forum menunjukkan bahwa 65% anak-anak yang saat ini berada di bangku sekolah akan bekerja di profesi yang belum ada saat ini, yang sebagian besar akan berfokus pada teknologi. Dengan memasukkan pemrograman ke dalam kurikulum, Indonesia bisa membekali generasi mendatang untuk menghadapi tantangan ini dengan lebih siap.

Guru Besar pendidikan Harvard University, Howard Gardner pernah bilang, anak-anak yang belajar teknologi sejak dini tidak hanya akan memiliki kemampuan lebih untuk beradaptasi di dunia digital, tetapi juga memiliki kemampuan berpikir kritis dan kreativitas yang lebih kuat.

Gardner juga bilang, pendidikan teknologi mesti dilakukan dengan pendekatan yang menyenangkan dan eksploratif. Jika anak-anak diajarkan teknologi dengan cara yang interaktif dan kontekstual, mereka akan belajar tidak hanya menjadi konsumen, tetapi juga pencipta.

Lihatlah India, negara yang disebut Wapres Gibran ini dahulu hanya kita kenal dari musik, tarian dan film Bollywood-nya. Tapi kini, mereka ternyata sudah jauh berkembang. Soal dunia coding, tetangga jauh kita ini ternyata telah berhasil menjadi pusat inovasi teknologi dengan program pendidikan digital mereka, Atal Tinkering Labs.

Melalui inisiatif ini, lebih dari 10.000 laboratorium didirikan di sekolah-sekolah di seluruh India, memungkinkan siswa dari berbagai latar belakang untuk belajar coding, robotika, dan dasar-dasar Ai. Di laboratorium-laboratorium tersebut, anak-anak berusia belasan tahun dengan rasa ingin tahu yang tinggi mulai belajar bahasa mesin, memahami logika komputer, dan merancang proyek teknologi sederhana.

Lebih lanjut ATL ini juga mendukung inisiatif pemerintah seperti ‘Startup India’ dan ‘Make in India’, yang berjasa menciptakan peluang bagi banyak siswa untuk menjadi pengusaha muda. Banyak inovasi yang dikembangkan lewat ATL kini telah berkembang dan mendorong tumbuhnya banyak startup di India. Keberhasilan yang juga berperan mengubah siswa menjadi ‘tingker-preneurs’ dan pengusaha global.

Sebuah studi tahunan (Indeks Inovasi Global) tentang negara-negara paling inovatif di seluruh rangkaian industri yang diterbitkan Organisasi Hak Kekayaan Intelektual Dunia (WIPO), Cornell University, dan INSEAD, mengatakan India menjadi pengekspor teknologi informasi teratas dunia dalam hal jumlah lulusan sains dan teknologi. Ini terbukti betapa orang India saat ini menjadi Top Manajemen di banyak perusahaan teknologi dunia (Google, Apple, Microsoft).

Namun, usulan ini bukan tanpa tantangan. Mulai dari kesiapan infrastruktur, pelatihan guru, hingga kurikulum yang efektif, semuanya perlu disiapkan dengan matang. Abdul Mu’ti sebagai Mendikdasmen yang baru diharapkan bisa merumuskan strategi yang tepat agar implementasi program ini tidak hanya sebatas wacana, tetapi menjadi langkah konkret yang bermanfaat bagi pendidikan nasional.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement