Ahad 12 Mar 2023 09:41 WIB

Gaya Hidup Pejabat: Masalahnya Bukan Kejujuran, Tetapi Pamer!

Larangan gaya hidup pamer selama ini hanya sekedar himbauan

Sejumlah warga menaiki motor Harley Davidson
Foto:

Gaya Hidup Mewah vs Kejujuran

Etika hidup dan agama sebenarnya telah mengajarkan setiap manusia untuk menahan hasrat hidup mewah. Agama Islam, misalnya, di mana Nabi Muhammad SAW menjadi teladannya senantiasa mengajarkan hidup sederhana. Namun, ini tidaklah mudah. Sistem kapitalisme bagaimanapun telah meniupkan hasrat konsumsi terus-menerus. Akibatnya, sebagian besar orang mengejar hidup mewah meskipun tidak mempunyai cukup kemampuan.

Hal itukah barangkali yang terjadi di antara sebagian pejabat. Namun sayangnya, setiap kasus pamer kemewahan di antara pejabat muncul ke permukaan, diskursus yang senantiasa berkembang adalah himbauan untuk tidak hidup mewah. 

Kepolisian Republik Indonesia bahkan telah mengeluarkan Surat Telegram pada 15 November 2019 yang ditujukan kepada anggota Polri untuk tidak hidup mewah. Presiden Joko Widodo dan Menteri Keuangan Sri Mulyani juga demikian. Tentu saja, himbauan tersebut baik karena rasa empatiknya. Namun, wacana itu menenggelamkan wacana lain, yakni kejujuran. Padahal, yang lebih dibutuhkan oleh negeri ini adalah kejujuran. Wacana kejujuran inilah yang seharusnya lebih mengemuka ketika ada kasus di mana pejabat publik mempunyai kekayaan “tak wajar”.

Pada sisi lain, wacana tidak boleh pamer pejabat publik mengandung pesan tersembunyi bahwa tidaklah masalah hidup mewah asalkan tidak dipamerkan. Ini jelas bermasalah karena tidak memberikan kontribusi apapun bagi usaha mengerem praktik-praktik korupsi di antara ASN dan pejabat publik. 

 

 

 

 

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement