Kamis 18 Nov 2021 09:59 WIB

Romansa Besame Mucho dan Tarumanagara Kerajaan Khayal?

Apakah ada kerajaan Tarumanegara?

Prasasti Tugu (Prasasti Batu Tumbuh),
Foto: Tangkapan layar
Prasasti Tugu (Prasasti Batu Tumbuh),

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ridwan Saidi, Politisi Senior, Sejarawan, dan Budayawan Betawi.

Seperti lagu 'Besame Mucho', tatkala Consuelo Valasquez menulis lagu ini pada tahun 1941, usianya belum 17 tahun. Ia tak pernah sangka Besame Mucho jadi romantic song yang abadi. Siapa pun yang kecemplung peradaban  urban mestinya tahu lagu ini.

Pun teks prasasti Batu Tumbuh (lazim disebut prasasti Tugu. Sebutan Batu Tumbuh berasal dari nama kampung prasasti itu ditemukan,red) ditulis seorang gadis remaja Khmer. Kok tau? Ada ragam hias setangkai bunga Kali di sebelah kiri teks sebagai pembatas. Bunga Kali melambangkan gadis remaja.

Prasasti Batu Tumbuh yang berada di kawasan Tanjung Priok, bercerita tentang detik-detik akhir wafatnya Raja Khmer Purnawarman yang terkena serangan Siyam Coda, perang Siam, pada medio abad XIII M. Dia bukan Raja Bekasi seperti kata arkaeolog, dia pun belum pernah menikmati gabus pucung. Lahir dan wafatnya di Khmer. 

Purnawarman direbahkan di taman bermandi sinaran bulan. Ia terus-terusan minta minum. Kemudian ia seperti melihat imej sirculair (lingkaran putih seperti bulan di langit). Lalu wafat.

Prasati Batu Tumbuh, Tanjung Priyuk, Jakarta Utara, ditarjamah dengan abaikan makna kata, terjemahan dibuat seperti cerpen. Purnawarman katanya menggali parit dari sungai Chandrabaga, Bekasi, hingga sungai Gomati.

Chandrabagha bukan nama sungai tapi sinar bulan yamg jatuh di taman (dimana Purnawarman yang terluka direbahkan). Gomati, bahasa Swahili artinya gadis cantik, adalah toponim di Cakung. Bukan nama sungai.

Kerajaan khayal Tarumanagara katanya didirikan pada IV M. Sulit dibayangkan pada era itu Purnawarman potong 1000 ekor lembu merayakan pesta suksesnya bikin sodetan Chandrabaga-Gomati.

Mungkin Purnawarman terheran-heran kini namanya jadi nama jalan  dan lain-lain setidaknya di Jakarta. 

Mungkin berkat spirit ASEAN, negara-negara tetangga diamkan saja ketika arkaeolog men-WNI-kan Purmawarman Raja Khmer yang telah tiada 800 thn lalu.

Dasar khayalan juga merujuk prasasti Ciaruteun baris ketiga yang berbunyi: Srimatah purnawarmanah tarun-a-naga. Tarun-a-naga ini yang dijadikan Tarumanagara. Padahal itu Taruna Naga atau Naga Taruna, julukan Purnawarman. Terjemahan salah itu  sudah dikoreksi di lokasi prasasti di tepi kali Ciaruteun, Bogor. 

Seperti halnya Prasti Batu Tumbuh, prasasti Ciaruteun juga dibuat migran Khmer. Beraksara Venggi varian  Palawa, tapi bukan palawa seperti sangka-sangka arkaeolog, dan bahasa Khmer dengan dialek Hind, bukan Sanskerta.

Besame mucho!

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement