Oleh : Ryan Kiryanto, Pengamat Ekonomi dan Perbankan
REPUBLIKA.CO.ID, --- Salah satu aset cryptocurrency yang terkenal saat ini, yakni bitcoin, kerap dianggap sebagai sebuah instrumen investasi baru yang potensial dalam memaksimalkan keuntungan.
Nama bitcoin sendiri sudah terdengar cukup lama dengan antusiasme pelaku investasi pada salah satu jenis cryptocurrency ini. Konon keuntungan yang ditawarkan begitu menggiurkan karena peningkatan valuasinya dari waktu ke waktu yang sangat luar biasa.
Daya tarik bitcoin adalah karena kenaikannya yang fantastis membuat orang-orang makin tertarik untuk membeli mata uang kripto ini.
Faktor pendorong lainnya adalah karena bitcoin dinilai sebagai “aset yang aman” dan tidak terpengaruh dengan kebijakan ekonomi global hingga kondisi perekonomian, terutama di masa pandemi ini.
Lonjakan harga yang luar biasa
Mata uang kripto paling kondang, bitcoin, telah memiliki kapitalisasi pasar (market capitalization) di atas 1 triliun dolar AS setelah lonjakan harga yang dialami pada tahun ini.
Harga bitcoin sempat menyentuh level 58.858 dolar AS. Alhasil, total kapitalisasi pasar mata uang kripto ini telah menembus 2 triliun dolar AS untuk pertama kalinya dalam sejarah.
Hal ini didorong oleh lonjakan yang terjadi selama dua bulan terakhir seiring dengan kenaikan permintaan dari investor institusi. Untuk bitcoin, harganya bergerak cenderung positif seiring dengan keterlibatan investor institusional yang berniat meningkatkan return-nya.
Perusahaan milik Elon Musk, Tesla, dikabarkan membeli bitcoin sebesar 1 miliar dolar AS sebagai “cadangan kas”-nya dan telah menerima pembayaran dengan mata uang kripto tersebut.
Sementara itu, Morgan Stanley juga telah membolehkan sejumlah kliennya untuk menambahkan bitcoin ke dalam portofolio investasinya.
Perusahaan-perusahaan lain, seperti Mastercard dan PayPal, dikabarkan juga telah menyiapkan langkah untuk menyambut bitcoin ke dalam sistemnya.