REPUBLIKA.CO.ID, oleh Nora Azizah*
Tahun ini sungguh tidak biasa. Pandemi Covid-19 belum juga usai, flu musiman datang. Dua hal ini, siap atau tidak, harus kita hadapi.
Ini mungkin menjadi ketakutan bagi kita. Bukan hanya kita, para ahli dunia bahkan khawatir musim flu dan pandemi Covid-19 yang terjadi bersamaan bisa menimbulkan gelombang penyakit lebih besar. Mereka bahkan tak bisa memprediksi apa yang akan terjadi.
Bagi sebagian orang flu mungkin dianggap sepele. Padahal, penyakit ini bisa dikatakan cukup mengancam jiwa dan mematikan.
Seperti yang dicatat Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat (AS), 4,4 juta kasus flu terjadi di AS dengan total 3.500 kematian antara 2018-2019. Ini angka yang tak sembarangan.
CDC juga mencatat, selama satu tahun terakhir warga AS terkena flu dua sampai tiga kali dalam setahun. Sementara, delapan persen warga AS positif mengidap flu.
Fakta yang ada di AS hendaknya bisa menjadi lampu waspada bagi kita warga Indonesia. Terlebih, Indonesia sudah masuk musim penghujan. Kian rentan lagi bagi tubuh terkena flu.
Fase 'twindemic' atau musim flu dan Covid-19 yang terjadi bersamaan ini juga cukup menakutkan. Hal ini pula yang membuat para ahli medis menyarankan vaksin flu segera dilakukan.
Selama pandemi Covid-19, kita selalu dipaksa berjuang membentengi diri dengan menjaga kesehatan. Mulai dari menerapkan protokol kesehatan hingga menjaga sistem imunitas tubuh.
Sekarang, saat musim flu mulai datang, seakan kita disuruh untuk berjuang dua kali lipat. Benteng pertahanan tubuh kita harus berlapis agar tidak kalah dari dua virus menakutkan itu.
Berjuang membangun benteng berbentuk kekebalan tubuh ini bukan pekerjaan mudah. Sebab, yang harus dijaga bukan hanya fisik saja tetapi juga kesehatan mental. Keduanya bersinergi, jangan dipilih-pilih mana yang lebih penting.
Ketika kita harus berkutat dengan pekerjaan yang menumpuk, kita seakan kehabisan waktu. Waktu tidur mungkin berkurang, tak sempat olahraga, bahkan sulit pula menyibukkan diri dengan hobi.
Belum lagi, karantina di rumah membuat mental kita tak lagi baik. Dipaksa diam di rumah membuat ruang gerak kita kian sempit dan terbatas.
Keresahan juga kian dirasakan ketika misalnya kita merasakan gejala-gejala mirip flu atau Covid-19. Banyak orang mungkin sulit membedakan gejala keduanya sehingga tidak tepat melakukan penanganan.
Mungkin virus Covid-19 dan flu cukup ganas dan kuat. Namun, bukan berarti kita tak bisa mencegahnya menyerang tubuh kita.
Kita mungkin tidak tahu mana cara paling tepat untuk bertahan dari pandemi atau flu. Tetapi, kita bisa melakukan yang terbaik semampu kita.
Membentengi diri dengan beribadah, mengonsumsi makanan bergizi, menjaga kebersihan rumah, mencuci tangan secara berkala, hingga pakai masker saat ke luar rumah mungkin terdengar sederhana. Tetapi, itu semua hal terbaik dan paling mudah yang bisa kita lakukan.
Ah... lelah, ya? Tetapi, kita tak boleh menyerah. Perjuangan belum usai, jangan sampai kita kalah. Berusaha sajalah, semoga kita tak tumbang..
*) Penulis adalah jurnalis republika.co.id