Ahad 05 May 2019 18:53 WIB

Ramadhan dan Video Makanan

Jangan jadikan godaan makanan enak mengurangi esensi Ramadhan.

 Indira Rezkisari
Foto: Republika/Kurnia Fakhrini
Indira Rezkisari

REPUBLIKA.CO.ID, oleh: Indira Rezkisari*

Ramadhan sudah di depan mata. Mungkin Anda sudah menyiapkan mukenah, sarung, atau sajadah baru sejak beberapa hari sebelumnya untuk menyambut Ramadhan yang penuh makna bagi umat Muslim. Mungkin juga Anda sudah sibuk mengatur beberapa agenda buka puasa bersama keluarga besar, teman SMA, teman kuliah, atau tetangga di kompleks.

Baca Juga

Ramadhan tahun ini tak jauh berbeda. Buat ibu rumah tangga, Ramadhan belum datang tapi harga-harga sebagian sudah naik. Harga bawang putih misalnya yang cukup terasa. Padahal apalah artinya memasak kalau bumbunya tidak medok.

Perbedaannya mungkin agi warga Jakarta dan sekitarnya, merancang agenda buka puasa disambung dengan pencarian lokasi yang mudah diakses dengan MRT. Ya betul, mereka yang dulu bahkan belum pernah naik bus Transjakarta kini dengan sukacita naik kendaraan umum bernama MRT.

Benak saya lalu membayang, jika di malam minggu MRT penuh dengan keluarga dan remaja-remaja ABG berdandan rapi hendak mencari hiburan, maka di sore Ramadhan nanti bisa jadi banyak pengguna abaya atau ibu-ibu muda bergamis (karena aturan dress code buka puasa) menumpang MRT menuju tempat berbuka puasa nanti.

Ssst, Grand Indonesia, Plaza Indonesia, Pacific Place sampai Blok M Plaza tebakan saya jadi pilihan tempat berbuka puasa bersama karena aksesnya yang mudah dengan MRT. Tapi itu cuma tebakan saya.

Perubahan gaya hidup memang terjadi selama Ramadhan. Sebulan lamanya, tubuh ini harus bangun dari pukul 03.00 untuk menyiapkan sahur dan mungkin langsung berangkat kerja selepas subuh dan bersiap-siap. Mereka yang beruntung masih bisa tidur sebentar sebelum mulai beraktivitas.

Selama beberapa tahun terakhir Ramadhan, Twitter mencatat lalu lintas cicitan turut berubah di masa puasa. Bahkan ada peningkatan lalu lintas di sekitar pukul 04.00 dan setelah pukul 19.00 WIB.

Waktu-waktu tersebut adalah jendela usai selesai sahur dan menunggu subuh serta waktu setelah sudah kenyang pascaberbuka puasa dan bersantai menunggu masuknya Isya dan tarawih. Country Industry Head Twitter Indonesia & Malaysia Dwi Ardiansyah, beberapa waktu lalu, mengatakan frekuensi penggunaan Twitter akan terus meningkat dari saat sahur hingga puncaknya saat adzan.

Selain itu Twitter juga mencatat konten video jauh lebih digemari selama Ramadhan. Kebiasaan ini pun sudah berlangsung sejak minimal dua Ramadhan lalu.

Salah satu jenis konten yang paling dicari adalah konten video. Selama Ramadhan, durasi pengguna Twitter untuk menyaksikan konten video di Twitter mengalami peningkatan lebih dari 88 persen.

Konten yang menjadi kegemaran utama selama Ramadhan adalah video seputar makanan dan masak memasak. Bahkan popularitas konten video kuliner selama Ramadhan setara dengan konten bermuatan agama yaitu sekitar 60 persen. Topik-topik konten lain yang dicari pengguna Twitter selama Ramadhan adalah komedi sebesar 55 persen, hiburan atau budaya populer sebesar 48 persen, dan kesehatan sebesar 39 persen.

Artinya urusan makanan tidak kalah pentingnya dipikirkan selama Ramadhan. Padahal Ramadhan sebenarnya merupakan kesempatan bagi pencernaan tubuh beristirahat.

Saat berpuasa sistem pencernaan tubuh akan diistirahatkan sehari. Saat beristirahat, sel tubuh akan meregenasi dan memperbaiki daya serapnya. Tujuannya tentu untuk memperbaiki kondisi tubuh jadi lebih sehat, dengan salah satu efek positifnya adalah membantu menurunkan kadar gula tubuh.

Bila selama 11 bulan tubuh dibiarkan melahap berbagai jenis makanan dengan zat aditif dalam pemanis atau pewarna, maka saat berpuasa tubuh seakan diajak mengurangi makanan-makanan yang mengandung zat tambahan. Catat, zat tambahan tidak semuanya diperlukan tubuh hingga bisa menjadi racun.

Berpuasa juga menjadi momen detoksifikasi organ tubuh, terutama hati dan ginjal. Karena itu sangat disarankan untuk menjaga asupan makan selama puasa. Tujuannya, sederhana. Agar tubuh menjadi sehat.

Ya betul ketika berpuasa tubuh seakan mengatakan ke otak kalau dia pantas diberi hadiah karena sudah tidak makan belasan jam lamanya. Tapi, Anda bukan anak-anak yang baru belajar puasa hingga boleh disogok perutnya dengan makanan kesukaannya yang mungkin tidak semuanya menyehatkan.

Puasa intinya adalah belajar menahan hawa nafsu. Bukan hanya amarah. Tapi juga keinginan yang tidak baik.

Lain kali Anda, juga saya, tergoda menghabiskan waktu senggang saat puasa dengan menonton video kuliner yang lalu membawa pikiran tergoda untuk melahapnya saat berbuka nanti, mungkin kita bisa mematikannya. Atau mengalihkannya ke menonton kajian-kajian yang banyak bertebaran di YouTube atau lewat media sosial.

Percayalah tubuh ini tidak akan marah atau nanti Anda hanya berbuka seadanya dengan takjil dari masjid yang disinggahi untuk shalat maghrib. Atau dengan nasi kotakan sederhana yang disediakan dari kantor.

Yakinlah kalau makan seadanya tidak akan membuat Ramadhan tahun ini kurang bermakna. Siapa tahu kita justru belajar untuk lebih mensyukuri hidup dan esensi Ramadhan dari makanan apa adanya itu.

*penulis adalah redaktur Republika.co.id

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement