Oleh: Muhammad Subarkah, Jurnalis Republika
''Capek bukan main. Tiga malam saya tak tidur!'' Pernyataan ini dikatakan seorang wartawan senior ketika menceritakan pengalamannya pergi umrah bersama Joko Widodo (Jokowi) beberapa hari menjelang Pilpres 2014. Sang wartawan ini ditugasi kantornya untuk meliput seluruh aktivitas mantan Wali Kota Solo dan Gubernur DKI Jakarta. Kebetulan selama ini dia bergelut dalam isu politik. Wilayah liputannya adalah di Gedung Parlemen Senayan Jakarta.
Menurut dia, persiapannya untuk ke Ka'bah bersama Jokowi memang telah diketahuinya sebelum ajang debat presiden periode terakhir. Dan, Jokowi menyelesaikan debat itu beberapa saat menjelang tengah malam, 5 Juli 2014. Beda nasib dengan Jokowi yang setelah debat selesai dia kemudian bisa pulang untuk istirahat, si wartawan ini malah dikejar deadline untuk segera menyelesaikan penulisan berita acara itu.
''Praktis saya baru bisa pulang sekitar pukul 02.00 dini hari. Sampai di rumah sekitar satu jam kemudian,'' kata si wartawan yang mengaku tinggal di kawasan pinggiran ibu kota.
Sesampai di rumah dia pun tak sempat tidur lagi. Dia harus berkemas mempersiapkan segala sesuatu yang akan dibawa untuk meliput peristiwa umrah bersama rombongan Jokowi tersebut. Apalagi pada sore hari sebelumnya dia pun sudah diberi pemberitahauan dari pihak kepala rombongan umrah itu agar sudah berada di bandara Soekarno-Hatta sekitar pukul 10.00 WIB. Maka supaya aman, dia memustuskan berangkat pagi-pagi sekali, mengingat jalanan Jakarta pada saat itu dipastikan akan selalu macet secara luar biasa. Dia khawatir waktu tempuh perjalanan dari rumah ke bandara akan memakan molor waktunya, hingga lebih tiga jam. Dengan demikian wartawanan ini pun hanya bisa 'tidur ayam', baik tidur sebentar di rumah atau tidur dalam mobil ketika ke bandara.
Kerasnya tekad untuk ikut rombongan Jokowi ini dibuktikan saat dia bisa memenuhi perintah kepala rombongan, agar sudah sampai di bandara puul 10.00WIB. Apalagi dia pun merasa sudah siap mental untuk begadang karena dalam briefing kepada wartawan dia pun sudah dipesan bila ingin ikut rombongan umrah itu, maka harus siap tidak tidur cukup. Pesan itu juga ada tambahannya: maka pintar-pintarlah mencari kesempatan tidur!
''Akibat pesan itu, maka saya sudah punya rencana, begitu naik mobil atau dalam pesawat saya harus bisa tidur. Sayangnya ketika dipraktikan hal itu ternyata susah sekali,'' katanya.