Ahad 24 Mar 2019 09:56 WIB

Kampanye Terbuka Perdana di Daerah Kalah

Jokowi maupun Prabowo sama-sama memilih berkampanye perdana di daerah yang kalah.

M. Hafil
Foto: Republika/Daan Yahya
M. Hafil

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Muhammad Hafil*

Kampanye terbuka Pilpres 2019 sudah dimulai pada Ahad (24/3) hingga 13 April mendatang. Untuk wilayahnya, terdiri dari dua zona. Yaitu, zona A dan Zona B.

Zona A terdiri dari Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Banten, Jakarta, Jawa Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, NTT, Maluku dan Papua.

Sementara zona B terdiri dari Bengkulu, Lampung, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Kepulauan Riau, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, NTB, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, Sulawesi Barat, Gorontalo, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara, dan Papua Barat.

Pembagian zona bertujuan agar proses kampanye terbuka berjalan tertib.Terkait aturan waktunya,  setiap partai politik bersama paslon capres dan cawapres diberi waktu tiga hari untuk berkampanye di setiap zona. Selanjutnya, mereka bertukar zona kampanye untuk tiga hari berikutnya.

Di hari perdana kampanye terbuka ini, masing-masing capres-cawapres sudah menentukan tempatnya. Capres nomor urut 02 Prabowo Subianto memilih Kota Manado, Sulawesi Utara. Sedangkan wakilnya, Sandiaga Uno memilih di Kota Sragen, Jawa Tengah.

Untuk capres nomor urut 01 Joko Widodo (Jokowi) bersama wakilnya yaitu KH Ma'ruf Amin kompak memilih Kota Serang di Banten sebagai tempat perdananya.

Uniknya, daerah pertama ini adalah daerah yang pernah menyumbang kekalahan bagi masing-masing capres saat Pilres 2014 lalu. Yaitu, Jokowi yang saat itu berpasangan dengan Jusuf Kalla (JK) dan Prabowo yang saat itu berpasangan dengan Hatta Rajasa.

Misalnya, Jokowi-JK kalah di Kota Serang dengan meraih 122.022 suara atau 40.20 persen suara. Mereka dikalahkan oleh Prabowo-Hatta dengan raihan 182.216 suara atau 59,80 persen suara. Sedangkan secara umum di Provinsi Banten, Jokowi-JK juga merasakan kekalahan yaitu dengan raihan 2.480.072 suara atau 43,04 persen suara. Sementara Prabowo-Hatta unggul dengan 3.282.216 suara atau 56,96 persen suara.

Begitu juga dengan Prabowo-Hatta yang mengalami kekalahan di Manado. Di kota ini, Prabowo-Hatta meraih 94.408 suara atau 41,23 persen suara sedangkan Jokowi-JK unggul dengan 134.572 suara atau 58,77 persen suara.

Sedangkan di Sragen, Prabowo-Hatta juga mengalami kekalahan telak dengan hanya meraih 6.485.720 suara atau 33,35 persen suara. Sedangkan Jokowi-JK unggul dengan 12.959.540 suara atau 66,65 persen suara.

Dengan pemilihan daerah di kampanye terbuka perdana ini, menunjukkan bahwa masing-masing calon memiliki perhatian lebih terhadap perebutan suara di daerah ini.

Jokowi-Ma'ruf misalnya yang memilih Banten, keduanya kompak berkampanye di provinsi yang sama dan kota yang sama meskipun di jadwal ada di tempat yang berbeda.

Apalagi, di wilayah ini, suara Jokowi yang merupakan calon pejawat dan KH Ma'ruf yang merupakan kelahiran Banten dan cicit ulama Banten terkemuka, Syekh Nawawi Al Bantani, sekaligus pemilik pengasuh Pondok Pesantren Tanara di Serang, belum aman-aman benar.

Kalau pun ada lembaga survei yang baru-baru ini menunjukkan pasangan ini sudah unggul, tetapi masih sangat tipis, hanya di angka keunggulan 1,5 persen. Ini masih untung jika dibandingkan tiga bulan lalu di mana elektabilitas paslon ini masih di bawah pesaingnya.

Sedangkan Prabowo, juga menaruh perhatian khusus kepada Manado. Di daerah ini, dia terlihat ingin sekali menunjukkan bahwa dia dan Manado tak terpisahkan. Karena, Prabowo sejatinya memang berdarah Manado dari ibunya.

Begitu juga dengan Sandiaga Uno yang memilih Sragen, Jawa Tengah, yang tak lain terkenal dengan istilah politik 'kandang Banteng' atau basis PDIP sebagai pengusung Jokowi-Ma'ruf.

Kubu Prabowo-Sandi memang sangat serius menggarap Jawa Tengah. Ini dibuktikan dengan penempatan markas utama BPN di Solo, Jateng, yang tak lain adalah tempat kelahiran Jokowi.

Soal pemilihan tempat perdana kampanye terbuka ini, ada dua kemungkinan. Yaitu, berpengaruh bagi pemilih primordial dan tidak berpengaruh bagi pemilih rasional.

Bagi pemilih primordial, mereka akan merasa tersanjung daerahnya dikunjungi oleh capres-cawapres di hari pertama. Ini menunjukkan, capres-cawapres menunjukkan perhatian kepada warga di daerah ini. Dan bisa saja, para pemilih primordial di wilayah ini beranggapan ke depannya jika capres/cawapres yang mengunjungi daerah ini di kampanye perdananya menang, akan memperhatikan daerahnya.

Sedangkan bagi pemilih rasional, hal ini tidak berlaku. Mereka tentu saja akan melihat kualitas dan program capres-cawapres tanpa peduli daerahnya dikunjungi pertama kali atau tidak.

Mereka juga tidak peduli apakah capres-cawapres itu putra daerah setempat, atau memiliki keturunan dari daerah itu. Yang penting bagi pemilih rasional ini adalah, bagaimana capres-cawapres meyakinkan mereka bahwa mereka bisa menunjukkan memiliki kualitas sebagai calon pemimpin.

*) Penulis adalah redaktur republika.co.id

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement