Senin 17 Sep 2018 07:04 WIB

Mengapa Habibie dan Tokoh-Tokoh Ini Disebut Negarawan?

Lech Walesa berteriak,

Ikhwanul Kiram Mashuri
Foto:

Namun, masa yang sangat pendek itu--1 tahun dan 5 bulan--adalah periode yang paling menentukan bagi republik ini. Ia berhasil mengawal masa transisi Indonesia dari rezim diktator-otoriter menuju negara yang lebih demokratis. Ia juga telah berhasil menyelamatkan NKRI dari perpecahan.

Ketika memegang amanat sebagai presiden, Habibie mewarisi kondisi negara yang sedang kacau. Kerusuhan marak di mana-mana. Ancaman disintegrasi bisa muncul kapan saja. Kondisi ekonomi pun sangat buruk.

Karena itu, begitu ia dilantik jadi presiden, hal pertama yang ia lakukan adalah membentuk sebuah kabinet yang kuat untuk memperoleh kepercayaan masyarakat, termasuk masyarakat dunia. Terutama untuk memulihkan ekonomi.

Ia pun, antara lain, berhasil menekan nilai tukar rupiah terhadap dolar, dari Rp 15 ribu-Rp 16 ribu menjadi Rp 6.500 per dolar AS. Sebuah angka yang tidak pernah dicapai lagi di era pemerintahan selanjutnya.

Berikutnya, ia membebaskan para tahanan politik. Kebebasan pers ia jamin. Ia juga mengeluarkan UU Antimonopoli dan UU Persaingan Sehat. Juga UU Parpol dan UU Otonomi Daerah. Melalui UU inilah gejolak disintegrasi bisa diredam. Ia pun menyetujui Tap MPR yang membatasai jabatan presiden/wakil presiden hanya dua periode.

Selanjutnya, ia pun mempercepat penyelenggaraan pemilu demokratis yang diikuti oleh 48 partai. Habibie sendiri tidak mencalonkan diri menjadi presiden meskipun aturan atau undang-undang memperbolehkannya.

Setelah tidak menjadi presiden, Habibie pun memilih untuk menjadi orang biasa. Ia minggir dari hiruk-pikuk dunia politik, apalagi memimpin partai. Tidak seperti para mantan presiden yang masih sibuk berpartai. Dua anak laki-laki Habibie pun tidak dikader sebagai politisi. Mereka dipersilakan menentukan hidupnya sendiri.

Namun, justru karena sikapnya itulah Habibie malah dihormati sebagai negarawan. Dan, mungkin dialah satu-satunya presiden yang riwayat hidupnya difilmkan justru ketika ia masih hidup. Hebatnya lagi, filmnya digemari rakyat Indonesia.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement