REPUBLIKA.CO.ID, oleh Nuraini*
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Mike Pompeo mengunjungi Indonesia dalam seri lawatannya ke Asia Tenggara pada Sabtu (4/8). Selain Indonesia, Pompeo berkunjung ke Malaysia dan Singapura dengan misi menggandeng kemitraan dalam konsep Indo-Pasifik. Kunjungan Pompeo ke Asia Tenggara itu bisa jadi merupakan agenda yang terlambat karena Cina telah melangkah lebih dulu di depan dibanding AS.
Konsep Indo-Pasifik yang ditawarkan AS tersebut mengusung visi kemitraan yang berdasarkan kepentingan kawasan. Demi visi itu, AS mau menggelontorkan dana 300 juta dolar AS untuk Asia Tenggara. Dana itu akan digunakan untuk memperkuat keamanan maritim, bantuan kemanusiaan, dan menjaga perdamaian. Sebelumnya, AS juga telah berkomitmen memberikan bantuan finansial sebesar 113 juta dolar AS dalam bidang teknologi, energi, dan infrastruktur.
Langkah AS itu ketinggalan dibandingkan konsep One Belt One Road yang diperkenalkan Cina. Dengan konsep yang dijuluki jalur sutra modern itu, Cina ingin menghubungkan seluruh dunia dengan rute-rute perdagangan baru. Konsep itu mencakup lebih dari 60 negara di kawasan Asia, Afrika, Arab, dan Eropa. Cina pun menggelontorkan dana besar dengan menjalin kemitraan dengan negara-negara yang dilewati rute tersebut. Dana itu disalurkan lewat Bank Pembangunan Cina (CBD) yang mendanai proyek-proyek infrastruktur dalam kawasan negara jalur sutra. Kereta cepat Jakarta-Bandung merupakan salah satu proyek yang didanai dari CBD dan masuk dalam konsep One Belt One Road.
Cina juga menyepakati pembangunan proyek kereta di Malaysia dengan nilai 14 miliar dolar AS pada masa pemerintahan mantan perdana menteri Najib Razak. Meski Mahathir Mohamad kini menangguhkan proyek tersebut, tetapi dia membuka peluang bagi negara manapun untuk menanamkan modal di Malaysia.
Selain Asia Tenggara, Cina juga telah merambah kerja sama proyek hingga jazirah Arab. Pada Juli 2018, Cina menawarkan paket pinjaman sebesar 20 miliar dolar AS ke negara-negara Timur Tengah. Selain itu, Cina menawarkan 106 juta dolar AS dalam bentuk bantuan keuangan. Dana itu mengalir ke Palestina sebesar 15 juta dolar AS untuk pembangunan ekonomi. Cina juga menyediakan lebih dari 91 juta dolar AS untuk Yordania, Lebanon, Suriah, dan Yaman. Tawaran dana itu masih termasuk dalam rencana jalur perdagangan One Belt One Road.
Kedatangan Pompeo yang membawa misi Indo-Pasifik memang untuk membendung pengaruh Cina terutama di kawasan Asia Tenggara. Presiden Donald Trump telah menyatakan akan menentang upaya Cina mendominasi Indo-Pasifik lewat model ekonomi kemitraan. Oleh karena itu, AS menyediakan alternatif pinjaman bagi Asia Tenggara selain tawaran Cina.
Para pejabat AS menyatakan strategi AS dengan misi Indo-Pasifik itu tidak ingin langsung bersaing dengan proyek Cina One Belt One Road yang bernilai hingga 1 triliun dolar AS. Tawaran AS akan menyediakan alternatif kerja sama yang berkelanjutan dan mendorong investasi sektor swasta.
Meski demikian, konsep Indo-Pasifik itu seperti terus memanaskan persaingan antara AS dan Cina. Setelah perang tarif perdagangan, kedua negara bertanding dalam memperebutkan pengaruh di kawasan untuk menjadi negara adidaya. Sayangnya, menilik besarnya proyek One Belt One Road dan masifnya Cina dalam mendorong kemitraan dengan negara-negara kawasan, nampaknya Pompeo memang datang terlambat.
*) Penulis adalah redaktur republika.co.id