Kamis 19 Oct 2017 07:25 WIB

Pertolongan Pertama pada Kiper (P3K) Choirul Huda

Penjaga gawang Persela Lamongan Choirul Huda (tengah).
Foto: Rahbani Syahputra/Antara
Penjaga gawang Persela Lamongan Choirul Huda (tengah).

REPUBLIKA.CO.ID, Legenda Persela Lamongan, Choirul Huda telah berpulang, mungkin dengan cara yang direstuinya. Kiper berusia 38 tahun yang telah bermain untuk Persela sejak 1999, meninggal di atas lapangan saat membela klub yang tidak pernah dia tinggalkan. Takdir tak laik ditampik, pada Ahad (15/10) dada Choirul diterjang kaki rekan setimnya saat menjaga gawang dari serangan bergelombang Semen Padang. Benturan keras membuat Choirul terjebak dalam kondisi henti napas dan jantung.

Era media sosial membuat sekuens detik-detik Choirul meregang nyawa terekam dan tersebar di dunia maya. Dari rekaman video terlihat para pesepak bola di lapangan tidak punya kemampuan dalam hal pertolongan pertama pada kecelakaan. Bertambah ironis melihat kerja tim paramedis di lapangan yang menandu Choirul, di mana terlihat tangan sang kiper bergelantungan saat dirinya sekarat. Belum diketahui apakah saat laga Persela lawan Semen Padang ada seorang dokter jaga selain ambulans yang terparkir di pinggir lapangan.

Video insiden Choirul Huda pada laga Persela vs Semen Padang. (Youtube/TVOneNews)

Mundur ke Maret 2017, penikmat sepak bola khususnya pencinta La Liga sempat dibuat khawatir atas insiden striker Atletico Madrid, Fernando Torres. Pada laga di kandang Deportivo La Coruna itu, Torres berbenturan keras dengan bek Deportivo di udara dan kemudian terpelanting jatuh ke lapangan tak sadarkan diri. Secara refleks, baik pemain Atletico dan Deportivo yang berdiri di dekat Torres langsung memberikan pertolongan pertama.

Gabi sang kapten menjadi yang paling serius mencegah Torres menelan lidahnya sendiri agar tetap bisa bernapas. Dokter klub dan ofisial tim juga langsung berhamburan masuk ke lapangan dan akhirnya bisa membuat Torres sadarkan diri saat ditandu ke luar lapangan dan dilarikan ke rumah sakit. Salah seorang dokter Aletico saat itu menyatakan, nyawa Torres bisa diselamatkan setelah aksi cepat dan tepat di lapangan. 

Video insiden Fernando Torres pada laga Deportivo LC vs Atletico Madrid (Sumber: Youtube/MatchDayShow)

Beberapa hari setelah kematian Choirul, stiker Sriwijaya FC, Alberto ‘Beto’ Goncalves lewat akun Instagram-nya meminta PSSI untuk memberikan kursus kepada pemain soal cara pertolongan pertama pada kecelakaan. Ia meminta PSSI segera menggelar pelatihan ini, sehingga para pemain telah siap jika harus menghadapi insiden serupa Choirul, musim depan.

Striker Arema FC Cristian Gonzales, pun ikut bersuara. Dia meminta ke depannya kejadian seperti yang dialami Choirul bisa tertangani dengan baik di lapangan. Mungkin saja, nyawa Choirul yang tidak langsung pingsan setelah bertabrakan saat itu masih bisa diselamatkan.

Gonzales bukan bicara asal. Striker naturalisasi ini pernah punya pengalaman ‘menyelamatkan’ pemain lain yang sempat kritis di lapangan. Pada pekan ke-14 Liga 1, kiper Persegres Gresik United, Aji Saka membentur tiang gawang selepas aksinya melakukan penyelamatan. Situasi darurat terjadi kemudian saat Aji pingsan dan kejang-kejang.

Pada saat pemain lain terlihat panik sambil berteriak meminta bantuan dari pinggir lapangan, Gonzales saat itu dengan tenang menghampiri dan membuka mulut Aji agar lidah si kiper tak menghalangi jalannya rongga pernapasan, persis seperti yang dilakukan Gabi kepada Torres. Aji pun kemudian siuman. Setelah mendapatkan perawatan di rumah sakit, Aji didiagnosis mengalami gegar otak ringan.

Dua insiden, Choirul dan Aji Saka yang terjadi di Liga 1 musim ini wajib menjadi catatan penting PSSI dan operator liga. PSSI harus merespons serius insiden tersebut dan permintaan pemain atas pentingnya pelatihan penanganan pertama jika ada pesepak bola yang celaka di lapangan. PSSI juga harus mengevaluasi dan menetapkan standar (SOP) medis yang tinggi di lapangan, mulai dari ketersediaan dokter, ambulans, hingga paramedis yang bekerja cakap tak amatiran di lapangan.

Pelatih PSM Makassar Robert Rene Alberts menjadi pelatih Liga 1 yang paling lantang pascainsiden Choirul Huda. Menurutnya, ada yang lebih penting sebelum timnya bicara soal kans juara di kompetisi kasta tertinggi di Indonesia. Agar insiden seperti yang terjadi pada Choirul Huda bisa diantisipasi, menurutnya, perangkat keamanan kompetisi mulai dari wasit, tim medis, tim keamanan dan lainnya harus dituntut untuk menjalankan tugasnya secara serius. Alberts pun meminta panitia penyelenggara untuk memperbaiki lagi aturan bermain bagi peserta agar sepak bola Indonesia menjadi lebih baik lagi ke depannya.

Semoga insiden Choirul Huda dan Aji Saka menjadi pelajaran, karena sepak bola memang bukan olahraga beladiri. Namun, olahraga keras ini telah banyak menghadirkan insiden mengerikan yang nyaris merenggut nyawa pemain di lapangan. Tanpa menafikan strategi pencegahan cedera pada setiap laga, apa yang pernah dibilang legenda Manchester United, Roy Keane ada benarnya juga, “Ada elemen risiko terlibat (dalam sepak bola), terkadang ada satu situasi yang bisa membuat Anda menderita.”

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement