Eka, pelaku yang mengoplos bakso dengan campuran daging babi di Cipete, Jakarta Selatan hanyalah bagian kecil dampak dari sistem ekonomi Indonesia. Usaha pemerintah dalam memenuhi dan menyejahterakan rakyatnya belum bisa dikatakan berhasil. Lengahnya kebijakan pemerintah dalam memenuhi kebutuhan daging memaksa Eka mengoplos daging babi ke campuran bakso.
Perbuatan Eka dalam mengoplos daging babi ke bahan olahan bakso merupakan keterpaksaan dirinya untuk mendapat keuntungan dari mahalnya harga daging sapi. Jika tidak demikian, kemungkinan usaha Eka dalam memenuhi kebutuhan pasar bakso akan merugi. Perbuatan Eka memang tidak bisa dibenarkan, akan tetapi hal ini bukan sepenuhnya menjadi tanggung jawab Eka.
Kenaikan harga daging sapi diakibatkan kurangnya pasokan daging dalam negeri. Hal ini sangat berkaitan dengan kebijakan dan program pemerintah dalam memenuhi kebutuhan masyarakat terkait pasokan daging.
Selain itu, Wakil Menteri Pertanian Rusman Heriawan juga menjelaskan kelangkaan daging sapi dalam negeri disebabkan permintaan daging untuk memenuhi kebutuhan makanan turis yang tinggi. Akibatnya, pasokan untuk pasar lokal harus dialokasikan guna mengenyangkan perut turis asing.
Dalam memenuhi kebutuhan daging, pemerintah berencana mengimpor 85 ribu ton daging sapi yang terdiri dari 283 ribu ekor sapi hidup dan 34 ribu ton daging sapi. Hal ini dilakukan guna mengendalikan harga daging.
Kebijakan pemerintah sangat berpengaruh terhadap masyarakat Indonesia. Kebutuhan masyarakat dalam berdagang juga dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah. Lalu, yang menjadi pertanyaan adalah apakah perbuatan Eka bukan bagian dari akibat kebijakan pemerintah? Siapa yang harus bertanggung jawab?
Rencana pemerintah dalam memenuhi kebutuhan daging sapi nampaknya terlambat bagi Eka. Pasalnya, Eka dikenai pidana pelanggaran ringan (tipiring), karena dianggap melanggar Perda No 8 tahun 1989 tentang pengawasan pemotongan dan perdagangan ternak dengan sanksi 3 bulan penjara atau denda maksimal Rp 5 juta.
Junaedi Mujaddid Lathiif
Pulau Panggang Kepulauan Seribu
Mahasiswa FISIP UHAMKA