Oleh Umar Idris, Anggota Majelis Ekonomi dan Bisnis PP Muhammadiyah, Alumnus Magister Ekonomi Kependudukan dan Ketenagakerjaan Universitas Indonesia
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pekan ini memasuki 100 hari wafatnya Arif Budimanta. Ekonom sekaligus pemikir sosial ekonomi dan politisi Indonesia itu meninggalkan banyak kesan mendalam selama hidupnya. Di samping melalui buku dan artikel, pemikiran ketua majelis ekonomi dan bisnis PP Muhammadiyah sekaligus direktur eksekutif Megawati Institute itu dapat dibaca melalui jurnal dan paper penelitian dan komentar di media massa.
Mantan staf khusus presiden Joko Widodo bidang ekonomi itu wafat Sabtu dini hari 6 September 2025. Wafatnya pak Arif sangat mengagetkan. Bukan hanya karena usia beliau masih relatif muda, 57 tahun, namun karena nyaris tidak ada kabar berita sebelumnya tentang sakit yang beliau rasakan atau masalah kesehatan lainnya.
Almarhum wafat tak lama setelah menghelat Simposium Almaun di Yogyakarta. Kegiatan itu merupakan kerja bareng Majelis Ekonomi dan Bisnis (MEBP) PP Muhammadiyah dan Lembaga Kajian dan Kemitraan Straegis (LKKS) PP Muhammadiyah, 11-12 Agustus 2025.
Simposium Almaun bertemakan “Praksis Al-Maun dalam Perekonomian Nasional”.
Bersama para ekonom Muhammadiyah dari berbagai kampus, dan sejumlah pimpinan majelis dan lembaga PP Muhammadiyah serta pengurus wilayah, Simposium Al-Maun ingin menghasilkan rumusan dan rekomendasi, yang akan diserahkan kepada Presiden Prabowo Subianto, khususnya akan diserahkan oleh Ketua LKKS yang juga Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Fajar Riza Ul-Haq.
Sehari sebelum Simposium, kami bersama pak Arif dalam perjalanan darat dengan mobil pribadi dari Jakarta-Yogyakarta PP. Pak Arif mendadak mengajak saya dan mas Arif Amin, peneliti Sigmaphi, menemaninya dalam perjalanan. Barangkali sekaligus berkordinasi untuk persiapan acara. Saya sempat mengajak kang Dani Setiawan, Sekretaris LKSS, untuk serta dalam perjalanan. Sayangnya, kang Dani sudah memesan tiket kereta api. Persiapan menyelenggarakan kegiatan itulah yang masih membawa pesan penting di hari-hari terakhir pak Arif berpulang.
Seperti kita ketahui, Almaun di dalam Alquran merupakan surat yang berbicara tentang perlunya seorang muslim memiliki kepedulian sosial dengan memberi makan anak-anak yatim dan orang-orang miskin. Pak Arif di akhir hayatnya memang menggandrungi surat ini sejak bertugas sebagai ketua MEBP. Bahkan kaligrafi surat Almaun berukuran besar dipasang di ruang rapat. Semangat surat Al-Maun ini senafas dengan gagasan besar pak Arif sebelumnya tentang ekonomi Pancasila, ekonomi kerakyatan, dan upayanya dalam mengentaskan kemiskinan dan kemiskinan ekstrem. Di MEBP bahkan beliau menginisiasi diskusi rutin bulanan Almaun Economic Forum.
Hari Minggu pagi (10/8/2025), sekitar pukul 07.00 pagi, kami berangkat dari Rawamangun menuju Yogyakarta melalui jalur darat. Pak Arif menyetir sendiri mobilnya. Tidak mau disupiri, juga tidak mau bergantian ketika jarak tempuh sudah cukup jauh memasuki wilayah Jawa Tengah.