
Oleh : Entang Sastraatmadja, Ketua Dewan Pakar DPD HKTI Jawa Barat
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tidak lebih dari sebulan ke depan, tepatnya tanggal 31 Desember 2025 tengah malam, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman telah menegaskan Pemerintah akan mengumumkan lagi keberhasilannya dalam meraih swasembada beras. Proklamasi Swasembada Beras ini, memang bukan kejadian yang pertama kita capai, karena beberapa waktu lalu pun bangsa ini pernah menggapainya.
Sebagaimana yang kita pahami, swasembada beras sendiri seringkali dimaknai sebagai kemampuan suatu bangsa atau negara untuk memproduksi beras sendiri, sehingga tidak perlu mendatangkan beras dari negara lain. Ini berarti negara tersebut dapat memenuhi kebutuhan beras penduduknya dan kebutuhan lainnya dengan produksi dalam negeri.
Berbasis pada data yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS), setidaknya ada tiga alasan mengapa Pemerintah kembali akan memproklamirkan lagi swasembada beras di penghujung tahun 2025. Pertama, produksi beras secara nasional untuk tahun 2025 diprediksi akan mencapai 34,77 juta ton. Kedua, cadangan beras Pemerintah yang dikelola Bulog sampai saat ini mencapai 38,9 juta ton. Dan ketiga, mulai tahun 2025 Pemerintah berkomitmen untuk menghentikan impor beras medium.
Fakta menunjukkan, untuk mencapai swasembada beras, pemerintah dan masyarakat harus bekerja sama dalam beberapa aspek penting. Beberapa hal yang perlu disiapkan sejak sekarang adalah peningkatan produktivitas. Pemerintah perlu meningkatkan produktivitas pertanian dengan menyediakan benih unggul, pupuk bersubsidi, dan teknologi modern.
Selanjutnya, infrastruktur pertanian. Pembangunan infrastruktur pertanian seperti irigasi, jalan, dan gudang penyimpanan perlu ditingkatkan untuk mendukung kegiatan pertanian. Lalu,
pengendalian hama dan penyakit. Pemerintah perlu meningkatkan pengawasan dan pengendalian hama dan penyakit tanaman untuk mengurangi kerugian hasil panen.
Kemudian, pemasaran hasil panen. Pemerintah perlu meningkatkan akses pasar bagi petani dengan membangun jaringan pemasaran yang efektif. Jangan lupakan pendidikan dan pelatihan. Pemerintah perlu meningkatkan pendidikan dan pelatihan bagi petani untuk meningkatkan kemampuan dan pengetahuan mereka.
Dan terakhir, dukungan keuangan. Pemerintah perlu menyediakan dukungan keuangan bagi petani, seperti kredit usaha rakyat (KUR) dengan bunga rendah. Dengan persiapan yang matang dan kerja sama yang baik, target swasembada beras dapat tercapai dan meningkatkan kesejahteraan petani serta ketahanan pangan nasional.
Di sisi lain, masih ada kendala dan tantangan yang dihadapi Indonesia dalam mencapai swasembada pangan diantaranya produktivitas pertanian yang fluktuatif. Produktivitas pertanian yang tidak stabil membuat pasokan pangan tidak konsisten. Adanya,ketergantungan pada impor. Indonesia masih bergantung pada impor untuk memenuhi kebutuhan pangan, terutama komoditas seperti kedelai, gula, dan daging sapi.
Lalu, perubahan iklim yang mempengaruhi produksi pangan dan meningkatkan risiko gagal panen. Berlangsungnya degradasi lahan dan alih fungsi lahan pertanian mengurangi luas lahan pertanian yang produktif. Kondisi infrastruktur pertanian yang tidak memadai menghambat distribusi hasil panen dan meningkatkan kerugian pasca-panen.
Keterampilan petani yang terbatas. Petani masih memiliki keterampilan yang terbatas dalam menggunakan teknologi modern dan mengelola usaha pertanian. Juga, regenerasi petani yang kurang membuat industri pertanian tidak memiliki tenaga kerja yang cukup.
Akhirnya penting untuk disampaikan, peluang mewujudkan swasembada beras berkelanjutan di Indonesia sangat besar, mengingat beberapa faktor positif yang mendukung, seperti :
Pertama, potensi lahan pertanian yang luas dan sumber daya alam yang melimpsh. Indonesia memiliki lahan pertanian yang luas dan subur, sehingga memungkinkan peningkatan produksi beras. Selain itu, iklim tropis Indonesia sangat cocok untuk pertanian padi, sehingga memungkinkan panen yang berlimpah.
Kedua, penggunaan teknologi pertanian modern, seperti irigasi, traktor, dan varietas padi unggul, dapat meningkatkan produktivitas dan efisiensi. Pemerintah sendiri telah menunjukkan komitmen untuk meningkatkan produksi beras dan mencapai swasembada, melalui program-program seperti intensifikasi pertanian dan pengembangan infrastruktur.
Namun, untuk mewujudkan swasembada beras berkelanjutan, perlu diatasi beberapa tantangan, seperti perubahan iklim. Perubahan iklim dapat mempengaruhi produksi beras dan meningkatkan risiko gagal panen. Kemudian, degradasi lahan. Degradasi lahan dan alih fungsi lahan pertanian dapat mengurangi luas lahan pertanian yang produktif. Dan keterampilan petani yang terbatas. Petani masih memiliki keterampilan yang terbatas dalam menggunakan teknologi modern dan mengelola usaha pertanian.
Dengan mengatasi tantangan-tangan tersebut dan memanfaatkan peluang yang ada, Indonesia dapat mewujudkan swasembada beras berkelanjutan dan meningkatkan kesejahteraan petani serta ketahanan pangan nasional.