Selasa 26 Aug 2025 17:03 WIB

Bahasa Inggris dan Upaya Menghubungkan Anak Desa dengan Dunia

Anak-anak di Halmahera Timur bersemangat belajar Bahasa Inggris.

Ilustrasi warga Halmahera Timur menelusuri sungai di pedalaman.
Foto: Dok BMH
Ilustrasi warga Halmahera Timur menelusuri sungai di pedalaman.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Trijan Abdul Halim berdiri di depan papan tulis putih yang sudah mulai usang. Spidol hitam di tangannya menari, membentuk huruf-huruf membentuk kalimat asing yang bagi sebagian anak terlihat rumit, namun justru memantik rasa ingin tahu mereka.

“Good afternoon,” ucap Trijan pelan, dan puluhan suara kecil serentak menirukannya, dengan logat Maluku yang kental.

Baca Juga

Sore itu, di sebuah ruang sederhana di Halmahera Timur, pria yang bertekad menjadi penggerak English Club di Maluku Utara itu sedang memulai kelas kecilnya yang sederhana.

Beberapa anak tertawa malu ketika lidahnya keseleo, tapi Trijan tersenyum, memberi isyarat bahwa tak ada kesalahan yang perlu ditakuti dalam belajar.

Ia tahu, setiap kata yang diucapkan anak-anak itu bukan sekadar pelajaran bahasa, melainkan langkah pertama untuk menembus dinding keterbatasan yang selama ini membatasi dunia mereka.

Sejak tahun 2017, Trijan tak pernah berhenti datang setiap akhir pekan, membagi waktu dan pengetahuannya di sela aktivitas sebagai penulis dan pegiat literasi.

Dan bagi anak-anak di daerah itu, ia bukan hanya pengajar, namun seperti sosok yang menghubungkan mimpi anak-anak desa dengan dunia yang lebih luas.

Lewat program kursus bahasa Inggris gratis yang lahir dari kolaborasi komunitas lokal dengan dukungan perusahaan tambang PT Position melalui program yang mereka namai Pos Pintar, semangat belajar itu telah menyentuh empat desa di sekitar Halmahera Timur.

Delapan tahun berjalan, program ini menjadi semacam sekolah harapan, tempat anak-anak menemukan keberanian baru, pemuda desa menemukan peran, dan masyarakat menemukan keyakinan bahwa pendidikan bisa tumbuh, bahkan di tengah keterbatasan.

Trijan percaya, bahasa adalah pintu untuk memahami dunia, dan literasi adalah akar yang menjaga sebuah bangsa tetap kokoh. Ia selalu mengatakan bahwa belajar bahasa Inggris di desa bukan sekadar tentang tata bahasa, melainkan tentang menumbuhkan percaya diri.

Bagi dia, program pemberdayaan masyarakat ini menghadirkan pendekatan lokal yang berakar pada literasi dan kecintaan pada bahasa Inggris. Karena itu, maka pendidikan akan datang dan tumbuh dari hati.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement