Selasa 29 Apr 2025 17:50 WIB

Di Balik Tetesan Darah Sembelihan Qurban Kita: Ada Harapan, Ada AKSI, Ada Palestina!

Qurban tentang seberapa besar cinta kita.

Petugas bersiap untuk menyembelih sapi qurban di Rumah Potong Hewan (RPH) Ciroyom, Jalan Arjuna, Kota Bandung, Jawa Barat, Kamis (29/6/2023). Berdasarkan data dari Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Bandung sebanyak 12.245 dari 16.213 hewan qurban di Kota Bandung yang telah diperiksa dinyatakan layak untuk disembelih. Sementara itu, per hari ini, Kamis (29/6/2023) hingga pukul 09.00 WIB, RPH Ciroyom telah menyembelih hewan qurban sapi sebanyak 45 ekor.
Foto: ABDAN SYAKURA/REPUBLIKA
Petugas bersiap untuk menyembelih sapi qurban di Rumah Potong Hewan (RPH) Ciroyom, Jalan Arjuna, Kota Bandung, Jawa Barat, Kamis (29/6/2023). Berdasarkan data dari Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Bandung sebanyak 12.245 dari 16.213 hewan qurban di Kota Bandung yang telah diperiksa dinyatakan layak untuk disembelih. Sementara itu, per hari ini, Kamis (29/6/2023) hingga pukul 09.00 WIB, RPH Ciroyom telah menyembelih hewan qurban sapi sebanyak 45 ekor.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ali Amril, Aktivis Gerakan Filantropi Dunia Islam dan Chairman AKSI (Aliansi Kemanusiaan Indonesia)

Setiap tetes darah dari sembelihan hewan qurban kita yang mengalir ke bumi, sesungguhnya ia sedang mengangkasa ke langit. Ia senyap, sepi, tak bersuara, namun gegap gempita menyampaikan pesan yang kuat: bahwa kita masih memiliki "ruh yang bergegas" selaku hamba Allah. Yang mana seruan berqurban di salah satu firman-Nya, Allah letakkan beriringan dengan seruan sholat.

Baca Juga

Qurban bukanlah sekadar rutinitas seremonial tahunan. Ia adalah ibadah yang melahirkan makna besar: cinta, tauhid, kepatuhan, pengorbanan, dan komitmen terhadap penghambaan kita. Qurban adalah seruan nurani dan panggilan peradaban, yang hanya dapat dijawab oleh kita yang masih memiliki hati yang hidup.

Qurban: Ibroh Cinta dan Ketauhidan dari Ibrahim 'Alaihis Salam, Sang Kekasih Allah

Nabi Ibrahim 'Alaihis Salam adalah wujud paripurna dari manifestasi cinta, tauhid, kepatuhan, pengorbanan, dan komitmen. Ketika Allah memberikan perintah kepada Ibrahim AS untuk menyembelih anaknya, beliau sama sekali tidak menyanggah dan melontarkan kata "mengapa", melainkan bertanya dengan derajat yang lebih tinggi, yaitu "untuk siapa". Inilah puncak dari cinta! Saat kehendak Allah menjadi satu-satunya alasan untuk mengisi kehidupan beserta seluruh aktivitas di dalamnya.

Qurban bukan soal seremoni menyembelih, namun tentang hati yang tulus. Bukan tentang unta, domba, kambing atau sapi, namun ia menegaskan tentang siapa dan apa diri kita, dalam hubungan kita dengan Allah. Maka setiap Qurban sesungguhnya melatih spiritual kita: menyembelih ego, membakar keangkuhan, dan mengokohkan cinta kita kepada Allah. Karenanya, Nabi kita Rasuulullah Muhammad S.A.W. sepanjang hidupnya tak pernah sekalipun tak berqurban hingga wafat.

Qurban dari Masa ke Masa: Dari Padang Gersang hingga Rimba Digital

Sejak masa Nabi Ibrahim 'Alaihis Salam hingga rimba digital hari ini, Qurban tak akan pernah kehilangan maknanya. Ia hanyalah berubah bentuk, dari "benda tajam" untuk menyembelih di padang gersang, ke "klik berqurban" di rimba teknologi. Ruhnya tetap sama.

Kini, di tengah gegap gempita konten dan pencitraan, ada yang perlu kita jaga: Ruh berqurban tidak berubah menjadi hanya formalitas. Jangan sampai kita lebih sibuk mendokumentasikan hewan yang disembelih daripada memaknai qurban itu sendiri.

Gaza-Palestina: Secercah Cahaya di Tengah Reruntuhan dan Derita

Di Gaza-Palestina, aliran darah tak hanya berasal dari hewan qurban. Tapi dari anak-anak yang secara terang-benderang dibunuh di tengah ketidakwarasan diplomasi dunia, atas pembantaian etnis manusia di Palestina. Mereka kehilangan orang tua, dari ibu-ibu yang terusir dan melahirkan dalam camp-camp pengungsian, dari tubuh yang lelah namun masih menggenggam dan melangitkan doa.

Qurban di Gaza, Palestina adalah bukti bahwa Islam tak mengenal batas. Saat kita menyembelih di tempat nan damai, mereka menyembelih di tengah reruntuhan dan derita. Di tengah itu semua, kita masih dapat menyalakan secercah cahaya untuk mereka.

Melalui AKSI Qurban, mari kita kirimkan bukan hanya hewan dan daging Qurban, namun juga pesan kuat: "Kalian tidaklah sendiri. Kami bersama kalian!"

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement