
Oleh : Mega Oktaviany (Ekonom Universitas Gunadarma / Sekretaris Eksekutif Bersama Institute)
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam kondisi ekonomi yang penuh ketidakpastian seperti saat ini, dengan kenaikan harga emas yang signifikan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang terus merosot, dan depresiasi rupiah yang belum menunjukkan tanda-tanda perbaikan, pertanyaan besar muncul, apakah ekonomi syariah dapat menjadi penyelamat ataukah hanya ilusi di tengah gejolak pasar?
Ketidakpastian yang Meningkat
Hingga 2025, Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan ekonomi yang kompleks. Harga emas, yang merupakan instrumen investasi "safe haven," telah melonjak tajam, mencerminkan ketidakpastian pasar global dan domestik. Pada bulan Januari 2025, harga emas hampir di angka Rp 2 juta per gram, sebuah rekor baru yang mencerminkan keresahan investor terhadap ketidakstabilan ekonomi.
Di sisi lain, IHSG tercatat mengalami penurunan lebih dari 6,12% pada kuartal pertama 2025, dengan sektor-sektor utama yang tergerus, seperti sektor energi dan infrastruktur. Sementara itu, nilai tukar rupiah terus melemah terhadap dolar AS, menyentuh Rp16.575 per dolar pada akhir April 2025, sebuah angka yang mencerminkan depresiasi signifikan dalam dua tahun terakhir.
Di tengah gejolak ini, kebijakan pemerintah untuk mengatasi inflasi dan memperbaiki defisit perdagangan masih belum menunjukkan hasil yang signifikan. Dalam situasi ini, banyak masyarakat dan investor mulai mencari alternatif yang lebih stabil dan aman.