
Oleh: Buya Anwar Abbas*)
Presiden Prabowo Subianto dalam pekan ini telah memulai kunjungan kenegaraan ke sejumlah negara di Timur Tengah, seperti Uni Emirat Arab, Turki, Mesir, Qatar, dan Yordania. Lawatan itu dilakukan antara lain untuk menggalang dukungan terkait rencana pemerintah Republik Indonesia mengevakuasi 1.000 warga Jalur Gaza, Palestina, ke Tanah Air.
Pertanyaannya: untuk apa pemerintah RI ikut-ikutan mendukung rencana Israel dan Amerika Serikat (AS) ini? Bukankah Israel dan Presiden AS Donald Trump sudah menyampaikan keinginan mereka untuk mengosongkan Jalur Gaza sehingga zionis bisa lebih leluasa menduduki dan menguasai wilayah tersebut?
Dengan "kosongnya" Jalur Gaza, Benjamin Netanyahu pun leluasa menempatkan warga Israel ke sana sehingga dalam waktu tertentu wilayah ini akan menjadi bagian Israel Raya yang zionis cita-citakan.
Taktik demikian sudah terjadi di Yerussalem (Baitul Makdis). Dahulu, Yerussalem dikuasai oleh rakyat Palestina. Sekarang, kota tersebut sudah diduduki oleh Israel dan bahkan dianggap sebagai ibu kota entitas zionis tersebut.
Belajarlah pada sejarah.
Indonesia dalam menghadapi manuver yang dilakukan Israel harus cerdas. Jangan sampai negara kita dikadalin zionis! Apalagi, kelima negara yang akan dikunjungi oleh Presiden Prabowo adalah negara-negara yang punya hubungan baik dengan Israel dan AS.
Turki, misalnya, sudah punya hubungan diplomatik dengan Israel sejak tahun 1949; Mesir sejak 1979; Yordania sejak 1994; dan UEA sejak baru-baru ini: 2020. Adapun Qatar memang belum punya hubungan diplomatik dengan Israel, tetapi sudah menjalin hubungan dagang secara tidak resmi dengan entitas zionis tersebut sejak tahun 1996.
Kalau Presiden Prabowo ingin membantu pengobatan dan perawatan rakyat Jalur Gaza yang sakit atau luka-luka akibat dari serangan dan kebiadaban Israel, maka pengobatan dan perawatannya harus dilakukan di Jalur Gaza, bukan tempat lain. — Buya Anwar Abbas
Bila pemerintah RI akan berkonsultasi dengan negara-negara tersebut, sudah dapat dibayangkan apa yang akan terjadi.
Untuk itu, sebaiknya Presiden Prabowo jangan ikut-ikutan mengevakuasi rakyat Jalur Gaza ke Indonesia. Jika evakuasi demikian itu terjadi, Prabowo jangan bermimpi bahwa Israel akan mau menerima warga Palestina dari Indonesia kembali ke Jalur Gaza.
Kalau Presiden Prabowo ingin membantu pengobatan dan perawatan rakyat Jalur Gaza yang sakit atau luka-luka akibat dari serangan dan kebiadaban Israel, maka pengobatan dan perawatannya harus dilakukan di Jalur Gaza, bukan tempat lain. Dalam hal ini, Prabowo bisa berkonsultasi dengan kelima negara yang dikunjunginya dalam lawatan ke Timur Tengah kini sehingga pengobatan dan perawatan rakyat Jalur Gaza di Jalur Gaza dapat terwujudkan dengan baik.
Sebagai bangsa yang sudah kenyang dijajah selama 350 tahun, maka kita harus tahu bahwa yang namanya penjajah punya 1.001 cara, taktik, dan tipu daya. Maka, Indonesia jangan pula sampai tertipu oleh mulut manis zionis dan sekutunya.
*) Dr H Anwar Abbas MM MAg atau yang akrab disapa Buya Anwar Abbas merupakan Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat. Dosen tetap Prodi Perbankan Syariah FEB UIN Syarif Hidayatullah ini juga adalah Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Bidang UMKM, Pemberdayaan Masyarakat, dan Lingkungan Hidup.