
Oleh : Dr Devie Rahmawati, CICS (Universitas Indonesia)
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejarah sering kali dianggap sebagai rangkaian peristiwa masa lalu yang hanya relevan bagi mereka yang berkecimpung di dunia akademis. Namun, kunjungan ke Rusia Expo di Moscow, membuka mata saya bahwa sejarah bukan sekadar catatan masa lalu,
melainkan fondasi yang membentuk identitas dan masa depan sebuah bangsa. Rusia, melalui pameran imersif seperti The Birth of Scale dan Journey Across Russia, berhasil menghidupkan sejarah dengan cara yang menarik dan relevan bagi generasi muda.
Namun, pertanyaan besarnya adalah: mengapa generasi muda saat ini cenderung kurang tertarik pada sejarah? Dan lebih penting lagi, bagaimana kita bisa membuat sejarah menjadi menarik bagi mereka?
Menurut hasil studi yang dilakukan oleh Pew Research Center pada tahun 2022, generasi muda (Generasi Z dan Milenial), memiliki konsep nasionalisme yang berbeda dibandingkan generasi sebelumnya. Bagi mereka, nasionalisme tidak lagi sekadar tentang simbol-simbol seperti bendera atau lagu kebangsaan, melainkan lebih tentang nilai-nilai seperti keadilan sosial, kesetaraan, dan keberlanjutan lingkungan.
Generasi Muda dan Nasionalisme yang Berubah
Studi ini juga menunjukkan bahwa 72 persen generasi muda merasa lebih terhubung dengan isu-isu global daripada isu nasional. Hal ini menimbulkan tantangan tersendiri dalam membangun rasa cinta tanah air dan kebanggaan terhadap sejarah bangsa. Di sinilah peran sejarah menjadi krusial. Sejarah bukan hanya tentang mengenang masa lalu, tetapi juga tentang memahami bagaimana perjuangan dan inovasi masa lalu dapat menjadi inspirasi untuk menyelesaikan masalah masa kini.
Seperti yang ditunjukkan oleh Rusia Expo, sejarah dapat menjadi alat untuk membangun identitas dan kebanggaan nasional, asalkan disajikan dengan cara yang relevan bagi generasi muda.
Bagaimana Memikat Generasi Muda untuk Mempelajari Sejarah?
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh National Endowment for the Humanities (2021), ada beberapa strategi efektif untuk membuat sejarah lebih menarik bagi generasi muda.
Pertama, menggunakan teknologi dan media interaktif.nGenerasi muda adalah generasi digital yang tumbuh dengan smartphone, internet, dan media sosial. Rusia Expo memanfaatkan teknologi augmented reality (AR) dan virtual reality (VR) untuk menghidupkan sejarah. Misalnya, pengunjung dapat menyaksikan proses pembangunan pipa gas raksasa atau menjelajahi kehidupan beruang coklat di alam liar Rusia melalui layar interaktif. Indonesia bisa meniru pendekatan ini dengan menghadirkan sejarah melalui platform digital. Bayangkan jika generasi muda bisa menjelajahi Candi Borobudur melalui tur virtual atau menyaksikan peristiwa Proklamasi Kemerdekaan melalui hologram.
Generasi muda juga lebih tertarik pada sejarah jika mereka melihat relevansinya dengan isu-isu masa kini. Misalnya, sejarah perjuangan kemerdekaan bisa dikaitkan dengan gerakan sosial modern yang memperjuangkan keadilan dan kesetaraan. Rusia Expo berhasil melakukan ini dengan menampilkan bagaimana gaya arsitektur Baroque di era Peter Agung mencerminkan ambisi Rusia menjadi "jendela ke Eropa". Ini adalah contoh bagaimana sejarah dapat dikaitkan dengan aspirasi masa kini.
Selanjutnya, menggunakan pendekatan naratif dan emosional. Studi dari Stanford University (2020) menunjukkan bahwa generasi muda lebih tertarik pada cerita yang menyentuh emosi daripada fakta-fakta kering. Rusia Expo menggunakan pendekatan ini dengan menceritakan kisah di balik setiap artefak, seperti perjuangan kosmonot pertama Rusia yang mendarat di bulan sebelum Amerika Serikat. Indonesia memiliki banyak cerita heroik dan inspiratif yang bisa diangkat, seperti perjuangan Cut Nyak Dien atau semangat gotong royong dalam membangun Subak di Bali.
Yang keempat, membuat sejarah menjadi pengalaman partisipatif. Generasi muda ingin terlibat, bukan hanya menjadi penonton. Rusia Expo melibatkan pengunjung dalam aktivitas seperti mencetak batik atau belajar merancang “batik”nya Russia. Pendekatan serupa bisa diterapkan di Indonesia dengan mengadakan workshop budaya atau pameran interaktif yang melibatkan komunitas lokal.
Salah satu tantangan terbesar Indonesia adalah menjaga persatuan di tengah keragaman. Dalam hal ini, sejarah bisa menjadi alat pemersatu jika disajikan dengan cara yang tepat. Rusia Expo membagi negaranya ke dalam delapan zona federal, masing-masing dengan cerita unik, namun tetap menonjolkan identitas nasional sebagai bangsa Rusia. Indonesia, dengan 34 provinsi, bisa meniru pendekatan ini.
Bayangkan sebuah pameran di mana pengunjung berjalan dari zona Sumatera dengan replika Rumah Gadang, lalu berpindah ke zona Papua dengan Honai yang dipadu instalasi digital kisah Suku Asmat. Ini akan mengubah keragaman dari konsep abstrak menjadi pengalaman konkret yang menyatukan.
Sejarah adalah Kekuatan untuk Masa Depan
Sejarah bukan hanya tentang masa lalu, melainkan tentang masa depan. Rusia Expo membuktikan bahwa sejarah dapat menjadi kekuatan untuk membangun identitas, kebanggaan, dan persatuan nasional. Namun, untuk menarik minat generasi muda, sejarah harus disajikan dengan cara yang relevan, interaktif, dan emosional.
Indonesia memiliki kekayaan sejarah dan budaya yang luar biasa. Tantangannya adalah bagaimana kita bisa menghidupkan sejarah tersebut agar menjadi inspirasi bagi generasi muda. Seperti kata Pramoedya Ananta Toer, “Sejarah adalah suara yang harus didengar, bukan benda yang diam.”
Mari kita jadikan sejarah sebagai alat untuk membangun generasi muda yang bangga akan identitasnya, peduli akan bangsanya, dan siap menghadapi tantangan global.
Komentar
Gunakan Google Gunakan Facebook