Oleh : Buya Anwar Abbas, Wakil Ketua Umum MUI
REPUBLIKA.CO.ID, Netanyahu yang biasanya berlaku sombong dan merasa dirinya hebat serta kuat sekarang sudah mulai ciut nyalinya. Penyebabnya ini sudah semakin banyak negara-negara di dunia termasuk negara-negara Eropa barat yang dahulu merupakan pendukung setianya kini satu persatu sudah mulai menjauh.
Pemerintah baru Inggris di bawah pimpinan Perdana Menteri Keir Starmer dari Partai Buruh misalnya, sudah berencana membatalkan upaya menunda surat penangkapan pengadilan pidana internasional (ICC) terhadap PM Israel Benjamin Netanyahu. Hal ini terjadi setelah Starmer bertemu Presiden Palestina, Mahmoud Abbas.
Demikian juga halnya dengan Prancis yang telah memberikan dukungannya kepada Mahkamah Pidana Internasional (ICC) setelah jaksa ICC mengajukan perintah penangkapan terhadap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. Dalam hal ini tampak dengan jelas bagaimana Pemerintah Prancis ingin memperlihatkan kepada dunia bahwa negaranya mendukung independensi ICC dan menyebut hal itu sebagai perjuangan melawan impunitas. Hal serupa juga diperlihatkan oleh spanyol.
Bahkan Spanyol sudah tegas-tegas mengatakan Netanyahu sebagai penjahat perang, karena telah melakukan pembunuhan massal secara terencana yang dilakukan oleh negara terhadap rakyat Palestina atau yang disebut dengan a Planned Genocide by the State of Israel. Jadi dengan adanya perubahan sikap dari negara-negara yang sebelumnya merupakan sekutu israel tersebut maka kini posisi Netanyahu benar-benar semakin terjepit.
Bahkan saat ini Netanyahu sudah tidak lagi bisa hidup bebas dan tenang karena bisa-bisa ketika dia datang ke suatu negara tidak mustahil dia akan ditangkap. Karena itu dalam perjalanannya ke Amerika Serikat dia tidak lagi berani untuk transit di Eropa lantaran khawatir Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) siap mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap dirinya atas kejahatan yang telah dilakukannya.
Jadi Benyamin Netanyahu sekarang sudah mulai menuai badai dari tindakan kejahatan yang telah dilakukannya. Dan mari kita tunggu saatnya Netanyahu akan bisa merasakan bagaimana sakit dan perihnya penderitaan dari rakyat Palestina akibat dari ulah kebijakan dan tindakannya. Semoga.