Jumat 04 Aug 2023 20:36 WIB

Belajar dari Kisah Cinta YouTuber Uni Shanty dan Koh Johny

Kisah Shanty yang hidup bersama suaminya di China menjadi inspirasi.

Uni Shanty dan Koh Jhony
Foto: Tangkapan Layar
Uni Shanty dan Koh Jhony

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Akmal Nasery Basral*

Dunia tak pernah kehabisan kisah romantis. Bukan, ini bukan romansa dua sejoli di kerimbunan kebun stroberi yang dibelai sepoi angin dan merdu nyanyian merpati. Sebaliknya, ini kisah tentang dua karang yang tetap bersatu dibakar bahang mentari dan dihajar riak gelombang. Kisah ini bermula pada 2005 dengan dua sosok utama: Shanty seorang koki di restoran Minang, dan Johny yang datang dari Tiongkok ke Jakarta. Umur mereka di awal 20-an yang belia.  

Satu hari Johny, karyawan satu perusahaan impor, makan siang di restoran tempat Shanty bekerja. (Nama asli Johny adalah Liu Cai Zu. Teman-teman kantornya memanggil Johny karena lebih mudah bagi mereka. Rupanya panggilan itu awet sampai sekarang). Kembali ke makan siang, Johny kepincut dengan rasa seporsi sop buntut yang yahud. Kepada seorang pelayan, dia minta dikenalkan dengan pembuat masakan. Shanty tak merespons.  

Beberapa hari kemudian, Johny datang lagi. Dia sogok pelayan dengan sebungkus rokok, agar diperkenalkan dengan koki pembuat sop. Shanty tetap tak mau bertemu. Saat datang ketiga kalinya, Shanty masih membatu.

Seorang temannya menasehati. “Kenapa kamu sombong, Shanty? Semakin banyak teman itu semakin baik. Banyak rezeki. Temuilah sebentar.”

Teguran itu membuat hati Shanty lumer. Dia keluar dapur dan bertemu Johny bertemu di belakang restoran, tempat karyawan lain beristirahat. Mereka pun berkenalan. Rupanya, Johny jatuh cinta pada pandangan pertama, sementara Shanty tak merasakan ada debar istimewa.

Johny pantang menyerah. Setelah itu gajinya dibelikan makanan, cokelat, boneka, bunga, aneka hadiah, untuk Shanty. Tak enak dengan perhatian intens itu, Shanty bersedia diajak rekreasi ke Ancol pada sepotong malam purnama. Johny menengadahkan kepala ke angkasa menatap rembulan. Dia berteriak dalam bahasa Indonesia terbata-bata, “Tuhan, aku cinta Shanty. Aku serius dengan Shanty. Tolong, Tuhan!”

Shanty terkesima dan akhirnya membuka hati. Malam itu, mereka resmi menjadi sejoli. Hubungan mereka berlanjut sampai 2008 ketika jalur nasib membawa angin baru bagi Johny: peluang kerja yang lebih baik di negerinya sendiri. Dia ingin pulang, tapi tak mau sendiri. Dia ingin Shanty ikut dengannya--sebagai seorang istri. Masalahnya: mereka belum menikah.

Shanty datangkan ayahnya dari Padang, dan pertemukan dengan Johny yang melamar saat itu juga. Johny memutuskan jadi mualaf. Restu ayahanda turun, mereka menikah secara Islam. Tapi ada hal lain yang membuat Shanty gamang. Jika dia ikut ke China, bagaimana proses adaptasinya? Dia tak bisa bahasa Mandarin.

Obrolannya dengan Johny selalu dalam bahasa Indonesia. Tak mungkin Johny harus selalu di sampingnya. Belum lagi menyangkut sosial budaya, tradisi, makanan, cuaca, karena Johny berasal dari Tung-pei, kawasan di timur laut yang berbatasan dengan Korea Utara. Di musim dingin, suhu udara anjlok sampai minus 300 C. Dia pun tak bisa mencari pekerjaan sebagai koki rumah makan. Sebab tak ada restoran Minang di sana.

Sesampainya di China, mereka mengontrak rumah sederhana. Agar Shanty tak kesepian, Johny mengajak istrinya ke kantor setiap hari. Shanty mendapat sebuah meja dan komputer agar punya kesibukan sendiri. Atasan Johny tak keberatan.

Lalu lahirlah anak pertama mereka melalui proses persalinan yang sulit. Dokter perlu mengambil tindakan medis agar ibu dan anak selamat. Untuk itu, Johny harus menandatangani dokumen. “Belum pernah saya setakut itu seumur hidup.” Johny mengenang. “Kalau Shanty meninggal, bagaimana saya bertanggung jawab kepada orang tuanya di Indonesia? Saya harus bilang apa kepada mereka?”

Untungnya, baik ibu dan bayi perempuan yang dikandungnya selamat. Bayi itu diberi nama Ailin, kini 15 tahun. Empat tahun setelah Ailin, lahir anak kedua. Seorang bayi lelaki yang diberi nama Hanqi.

Tersebab Shanty orang asing di China, kelahiran anak kedua membuat mereka didenda Rp 80 juta supaya akte kelahiran Hanqi keluar. Johny meradang, memprotes dinas kependudukan. Perjuangannya berhasil. Denda dibatalkan. Tetapi kehidupan mereka tetap tak mudah meski dengan standar kampung. Bukan kota besar seperti Shanghai atau Beijing.

Johny banting tulang bekerja keras sampai malam. Shanty tak pernah lagi dibawa ke kantor karena harus mengurus dua bocah di rumah. Lalu datanglah pandemi Covid-19 yang mencekam.  

Untuk mengisi kegiatan akibat pemberlakuan lockdown, Johny membuat akun YouTube bahasa Mandarin. Shanty ingin juga punya akun sendiri, namun dalam bahasa Indonesia. Johny bantu membuatkan. Nama akun yang dipilih: SHANTY DI CHINA. Itu pada April 2022. Baru tahun lalu.  

Kanal tersebut sekaligus difungsikan untuk dagang online yang sudah dirintis Shanty sebelumnya. Dia jualan menu kuliner Indonesia buatan sendiri. (Pelanggan sesama orang Indonesia, namun bermukim bisa ratusan km dari tempat tinggal mereka. Butuh 2-3 hari pengiriman. Untungnya setipis kulit bawang).

Konten pertama Shanty, tentang kehidupan sehari-harinya Tiongkok. Jumlah penontonnya? Cuma satu orang! Tapi Shanty senang. “Ternyata ada juga yang mau menonton konten saya,” katanya bersyukur.

Konten demi konten selanjutnya berhasil menambah jumlah follower meski merayap seperti siput memanjat batang pisang. Ada kenaikan tapi sangat lambat.

Lalu, Johny terkena serangan jantung, harus pasang dua ring. Dunia Shanty sempoyongan. Lockdown membuat Johny sendirian di RS. Tak bisa ditemani anak istri, tak boleh dijenguk keluarga dan teman-temannya.

Di tengah santernya berita kematian penderita Covid-19 yang terus bertambah setiap hari dengan cepat, Shanty down. Pikiran terburuk berkelebatan di benaknya. Apalagi Johny kini memiliki penyakit komorbid. Alhamdulillah, kondisi Johny membaik dan boleh pulang ke rumah. Tapi harus banyak istirahat,  jangan bekerja sekeras sebelumnya, tidak boleh capek.  

Shanty ingin mengambil alih tanggung jawab keluarga dengan berjualan makanan menggunakan gerobak, keluar masuk pemukiman dan perkampungan. Dia tak gengsi. Johny tak setuju. “Harga diri saya sebagai lelaki malu kalau dia melakukan itu. Saya bertanggungjawab atas hidupnya karena sudah menikahinya. Bukan dia yang harus kerja,” ujar Johny.  

Kompromi tercapai karena hidup harus terus berjalan dan tak banyak pilihan mendapatkan penghasilan dalam kondisi mereka yang rentan. Solusinya, Shanty tetap akan jualan, namun tidak dengan gerobak.

Johny membelikan food truck yang dibeli dengan sisa uang tabungan mereka. Selain itu, food truck bisa melindungi istrinya dari panas dan hujan. Ini yang membuat hati Johny lebih tenang.

Adik lelaki Johny, namanya Baoqi, mau membantu. Dia menjadi sopir food truck merangkap asisten, pelayan, petugas  promosi lapangan, juga camera man untuk konten. Lokasi penjualan di alun-alun kota yang dekat pasar, sekolah, dan tempat orang tua berkumpul latihan senam kebugaran di kota Dandong, provinsi Liaoning,  kawasan Tung-pei. Dari sini gerbang keajaiban mulai terbuka.

Meski masih menampilkan konten sederhana, tetapi...

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement